Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Sabtu, 20 Februari 2016

Laila Dan Qais

QAIS (AL MAJNUN) dan LAYLA........ !!!! 

Full Version..... !!!

Ketika Qais (Majnun) mabuk cinta kepada Laila, tidak ada yang dilihatnya kecuali wajah Laila, ketika ia melihat bunga mawar yang terlihat adalah wajah Laila, ketika ia menunduk ke bumi yang dilihat adalah wajah Laila. 

Berpisah dari Layla, Membuat Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi. Para tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.“Lalu, apa yang kau takuti ? Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla. Menyakiti Layla? Mana bisa? Yang dibedah badanmu.Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.” (Maulana Jalaluddin Rumi ) 

Siapa yang tak kenal dengan Laila, seorang gadis yang cantik menawan laiknya bunga mawar itu? Siapa pula yang tak  kenal Qais, pemuda yang cerdik nan tampan itu? Begitu cintanya Qais kepada Laila sampai-sampai ia dijuluki “Majnun”, Si Gila. Namun, yg ingin diulas di sini bukanlah kegilaan si Majnun karena cintanya kepada Laila, tapi apa makna cinta itu sendiri. 

Kita pasti sepakat kalau dua insan sudah terlanjur saling mencintai, pasti nafsunya memaksa untuk terus jumpa. Namun tidak untuk Qais. Dalam suatu kesempatan ia ditanya, “Apakah engkau mencintai Laila?” Ia menjawab “Tidak”, mengapa demikian? “Karena cinta disebabkan oleh pandangan mata dan sungguh penyebab itu telah tiada, maka aku adalah Laila dan Laila adalah Aku.” 

Kembali lagi ia ditanya : Kamu sudah makan? Ia menjawab: Laila, 
Kamu sudah minum? Laila. 
Kamu tidak pulang ke rumah? Laila. 
Begitu seterusnya, ia hanya berucap lirih Laila, Laila, dan Laila tanpa ada habisnya. Banyak para sufi yang menilai bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh Qais dengan Laila tak lain adalah Allâh, Allâh, dan Allâh. 

Dalam kitab Mukaasyafatul Quluub karya Imam Al-Ghazali, beliau mengisahkan; 

Setiap kali Majnun ini berpapasan dengan teman-temannya dan ditanya “Siapakah namamu..?” dia selalu menjawab “Namaku Laila”. Majnun seperti sudah lupa dengan namanya sendiri, karena yang ada dalam hati dan fikirannya hanyalah Laila. 

Saat lewat di depan rumah Laila ia bukannya menengok ke arah rumah Laila tetapi malah melihat ke arah langit. Saat teman-temannya bertanya “Wahai Majnun, tidakkah engkau melihat ke rumah Laila, siapa tahu engkau akan melihat paras cantiknya?”. 

Si Majnun menjawab; 

أكتفي بنجمٍ يقعُ ظِلّه على دار ليلي 

“AKU SUDAH MERASA CUKUP DENGAN MENYAKSIKAN BINTANG YANG SINARNYA MENERPA RUMAH LAILA....”. 

Sebagian Penyair menulis : 

مررت على الديار ديار ليلى 
أقبل ذا الجدار و ذا الجدار 
و ما حب الديار شغفنا قلبي 
ولكن حب من سكن الديار 

Aku melewati rumah2.... Rumah Laila... 
Aku ciumi tembok2nya... 
Bukan kepada rumahnya hatiku tertambat (dimabuk cinta)... 
Tetapi kepada orang yg tinggal di dalamnyalah hatiku jatuh cinta....... 


Pada akhir kisah, Laila meninggal dunia terlebih dahulu. Setiap hari Si Majnun mendatangi kuburan sang kekasihnya. Diatas pusaranya ia menjerit meraung-raung, menciumi tanah kuburan Laila, memanggili nama kekasihnya, seolah-olah tidak menerima kenyataan bahwa kekasihnya itu telah tiada. 

Kemudian orang2 pun menegurnya : 

يا مجنون ان ليلى قد ماتت 

“Wahai Majnun, Laila telah meninggal dunia”. 

Namun Si Majnun menjawab : 

إنّ ليلي في قلبي لم تمتْ أبدا 

“SESUNGGUHNYA LAILA YG ADA DI DALAM HATIKU, TIDAK AKAN PERNAH MATI SELAMA-LAMANYA” 



Hmmmmmmmmm......... Cinta TIDAK HARUS SALING MEMILIKI dan CINTA TIDAK HARUS DIUNGKAPKAN DENGAN NAFSU DAN CUMBU RAYU...... BILA CINTA TERTAMBAT DALAM HATIMU, MAKA WUJUDKANLAH KARENA ALLAH DAN RASUL-NYA, Maka Cinta yg MURNI sedikit sekali menggunakan kata2, cumbu dan rayuan gombal. Dan salah satu bentuk SYAHADAH (MATI SYAHID) AKHIRAT adalah : AL MAUT ISYQON..... Mati karena menanggung Rindu dendam membara di dalam hati (Kareena Allah Ta'ala)........... !!! 

Jadilah Pecinta Sejati yg mencintai CINTA dg CINTA ............ ^_^ 

Al.Majnun-Billah ^_^
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel