Cadar
Kewajiban bercadar bagi wanita dalam pandangan madzhab Syafiiyah bersumber dari pendapat yang mu’tamad (kuat) bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat:
وَعُرِفَ بِهَذَا التَّقْرِيرِ أَنَّ لَهَا ثَلَاثَ عَوْرَاتٍ عَوْرَةٌ فِي الصَّلَاةِ وَهُوَ مَا تَقَدَّمَ وَعَوْرَةٌ بِالنِّسْبَةِ لِنَظَرِ الْأَجَانِبِ إلَيْهَا جَمِيعُ بَدَنِهَا حَتَّى الْوَجْهِ وَالْكَفَّيْنِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ وَعَوْرَةٌ فِي الْخَلْوَةِ وَعِنْدَ الْمَحَارِمِ كَعَوْرَةِ الرَّجُلِ ا هـ .
“Dengan demikian, aurat wanita ada 3 macam. -1- Aurat dalam salat [seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan]. -2- Aurat dari aspek dilihat oleh laki-laki yang bukan mahram, maka seluruh tubuhnya hingga wajah dan kedua telapak tangannya, menurut pendapat yang kuat. -3- Aurat ketika wanita berada di tempat sepi dan di depan mahram, adalah seperti aurat laki-laki [antara pusar dan lutut]” (Hawasyai al-Syarwani, 6/246)
Mengapa Muslimat, Fatayat IPPNU dan sebagian ibu nyai tidak memakai cadar? Karena mengikuti pendapat lainnya disampaikan oleh Syaikh Zakariya al-Anshari:
( وَعَوْرَةُ الْحُرَّةِ فِي الصَّلَاةِ وَعِنْدَ الْأَجْنَبِيِّ ) وَلَوْ خَارِجَهَا ( جَمِيعُ بَدَنِهَا إلَّا الْوَجْهَ ، وَالْكَفَّيْنِ ) ظَهْرًا وَبَطْنًا إلَى الْكُوعَيْنِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا }
“Aurat wanita bukan budak di dalam salat dan di depat laki-laki lain [meski di luar salat] adalah seluruh tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan, berdasar firman Allah: Dan janganlah mereka menampakkan dari perhiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya [QS al-Nur: 31]” (Asna al-Mathalib, 3/41)
Alasan yang dikemukakan oleh Syaikh al-Syaubari adalah:
وَلِأَنَّهُمَا لَوْ كَانَا عَوْرَةً لَمَا وَجَبَ كَشْفُهُمَا فِي الْإِحْرَامِ
“Jika wajah dan kedua telapak tangan adalah aurat, maka mestinya tidak wajib membukanya saat Ihram [haji-umrah]” (Ibid)
Pendapat ini bersumber dari penafsiran para Sahabat dan Tabiin:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: { وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا } قَالَ: وَجْهَهَا وَكَفَّيْهَا وَالْخَاتَمَ. وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَعَطَاءٍ وَعِكْرِمَةَ وَسَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَأَبِي الشَّعْثَاءِ وَالضَّحَّاكِ وَإِبْرَاهِيْمَ النَّخَعِي، وَغَيْرِهِمْ -نَحْوُ ذَلِكَ
“Dan janganlah mereka menampakkan dari perhiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya” [QS al-Nur: 31] Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Kecuali wajah, kedua telapak tangannya dan cincin”. Juga diriwayatkan dari Ibnu Umar, Atha’, Ikrimah, Said bin Jubair, Abi Sya’tsa’, al-Dhahhak, Ibrahim al-Nakhai dan lainnya” (Tafsir Ibni Katsir 6/45).
- والله تعالى أعلم بالصواب -
0 komentar:
Posting Komentar