Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Senin, 29 Februari 2016

Isbal, batalkah Shalat..?

Beberapa tahun lalu saat memberi pelatihan shalat di Masjid Raudlatul Musawarah, Kemayoran Surabaya, ada jamaah yang menegaskan bahwa shalat seseorang yang sarungnya memanjang melebihi mata kaki (Isbal) maka shalatnya batal, katanya ada haditsnya.
Namun, setelah sedikit saya temukan beberapa haditsnya dan penegasan ulama ahli hadits, batalnya shalat orang tersebut bukan karena faktor Isbalnya semata, tapi faktor khuyala’ (sombong) sebagaimana larangan Isbal di luar salat yang disertai dengan sifat sombong.
Diantara hadits-haditsnya adalah sebagai berikut:

638 – حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا أَبَانُ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِى جَعْفَرٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يُصَلِّى مُسْبِلاً إِزَارَهُ إِذْ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ». فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ ثُمَّ قَالَ « اذْهَبْ فَتَوَضَّأْ ». فَذَهَبَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لَكَ أَمَرْتَهُ أَنَّ يَتَوَضَّأَ فَقَالَ « إِنَّهُ كَانَ يُصَلِّى وَهُوَ مُسْبِلٌ إِزَارَهُ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لاَ يَقْبَلُ صَلاَةَ رَجُلٍ مُسْبِلٍ إِزَارَهُ ». (سنن أبى داود – ج 2 / ص 369)

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Ketika seorang laki-laki shalat dengan memanjangkan pakaiannya, maka Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Pergilah dan berwudlulah”, lalu ia pergi dan berwudlu. Ia pun datang dan Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Pergilah dan berwudlulah”, lalu ia pergi dan berwudlu. Ia pun datang dan Rasulullah Saw berkata kepadanya: “Pergilah dan berwudlulah”, lalu ia pergi dan berwudlu. Ia pun datang. Seseorang bertanya kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau memerintahnya melakukan wudlu?” Nabi menjawab: “Ia shalat dalam keadaan memanjangkan pakaiannya (Isbal). Sesungguhnya Allah tidak menerima salat seseorang yang memanjangkan pakaiannya” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud No. 638).
Namun, hadits ini dinilai dlaif oleh para ulama karena ‘Abu Ja’far’ tidak diketahui (sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Munawi dalam Faidl al-Qadir 2/348 secara terperinci). Bahkan ulama Wahabi juga menilainya dlaif di semua kitabnya:
قال الشيخ الألباني : ضعيف (مشكاة المصابيح – ج 1 / ص 167)
“Syaikh al-Albani berkata: Dlaif” (Misykat al-Mashabih 1/167).
Sementara ada riwayat shahih lainnya tetapi justru menegaskan karena faktor ‘sombong’, yaitu:
637 – حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَخْزَمَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ عَنْ أَبِى عَوَانَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ أَسْبَلَ إِزَارَهُ فِى صَلاَتِهِ خُيَلاَءَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِى حِلٍّ وَلاَ حَرَامٍ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ رَوَى هَذَا جَمَاعَةٌ عَنْ عَاصِمٍ مَوْقُوفًا عَلَى ابْنِ مَسْعُودٍ مِنْهُمْ حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ وَحَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ وَأَبُو الأَحْوَصِ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ. (سنن أبى داود – ج 2 / ص 368)
“Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa memanjangkan pakaiannya dalam shalat karena sombong, maka tidak ada bagi Allah untuk menghalalkan baginya masuk neraka dan mengharamkan surga baginya”. Abu Dawud berkata: Para ulama meriwayatkan hal ini dari ‘Ashim yang mauquf kepada Ibnu Mas’ud, diantaranya Hammad bin Salamah, Hammad bin Zaid, Abu Ahwash dan Abu Muawiyah” (Abu Dawud No. 637).
Kesimpulannya adalah sebagai berikut:

وَإِطَالَة الذَّيْل مَكْرُوهَة عِنْد أَبِي حَنِيفَة وَالشَّافِعِيّ فِي الصَّلَاة وَغَيْرهَا ، وَمَالِك يُجَوِّزهَا فِي الصَّلَاة دُون الْمَشْي لِظُهُورِ الْخُيَلَاء فِيهِ . كَذَا قَالَ فِي الْمِرْقَاة . (عون المعبود – ج 2 / ص 157)

“Memanjangkan pakaian adalah makruh menurut Abu Hanifah dan asy-Syafi’i, baik di dalam shalat atau lainnya. Sedangkan Malik memperbolehkannya dalam shalat, bukan saat berjalan, karena sombong terlihat nyata dalam berjalan” (Aun al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud 2/157).

Oleh: Ustadz Muhammad Ma’ruf Khozin (Wakil Katib Syuriah PCNU Surabaya)
Share:

Jenis Jenis Tidur

Macam-macam tidur

النوم خمسة انواع العيلولة وهو النوم بعد الفجر يورث الغفلةوالغيلولة وهو النوم وقت الضحى يورث الفقر والقيلولة وهو النوم وقت الاستواء يورث الغنى والكيلولة وهو النوم بعد العصر يورث الجنون والفيلولة وهو النوم بعد المغريب يورث الفتنة

Tidur ada 5 macam,
1. ‘ailulah yaitu tidur setelah fajar, bisa menyebabkan lupa.
2. ghoilulah yaitu tidur di waktu dhuha, bisa  menyebabkan faqir/miskin
3. qoilulah yaitu tidur di waktu istiwa’,  menyebabkan kaya
4. kailulah yaitu tidur setelah ‘ashar, bisa  menyebabkan gila
5. failulah yaitu tidur setelah maghrib,  menyebabkan fitnah


Keterangan senada juaga disebutkan dalam kitab tuhfatul habib syarah khotib

وفي تذكرة الجلال السيوطي النوم في أول النهار عيلولة وهو الفقر وعند الضحى فيلولة وهو الفتور وحين الزوال قيلولة وهي الزيادة في العقل وبعد الزوال حيلولة أي يحيل بينه وبين الصلاة وفي آخر النهار غيلولة أي يورث الهلاك .


disebutkan dalam kitab tadzkiroh buah karya al-jalal as-suyuthi bahwa:
tidur di permulaan siang (pagi hari) disebut ‘ailulah yaitu (menyebabkan) kefakiran(kemelaratan).
tidur di waktu dluha disebut failulah, (menyebabkan) kelemahan/lesu pada badan.
ketika tergelincir matahari (zawal) disebut qoilulah, dapat menambah (kecerdasan) akal.
tidur setelah zawal disebut chailulah, yakni dapat menghalangi antara orang itu dan sholat.
dan tidur di akhir siang (sore hari) disebut ghoilulah, dapat menyebabkan binasa.

Penjelasan lebih detilnya disebutkan dalam Kitab syarah mandumatul adab (2/355) karya syeh muhammad bin ahmad as safarini

مطلب : في كراهة النوم بعد الفجر والعصر : ونومك بعد الفجر والعصر أو على قفاك ورفع الرجل فوق أختها امدد ( و ) يكره ( نومك ) أيها المكلف ( بعد ) صلاة ( الفجر ) لأنها ساعة تقسم فيها الأرزاق فلا ينبغي النوم فيها ، فإن ابن عباس رضي الله عنهما رأى ابنا له نائما نومة الصبحة فقال له : قم أتنام في الساعة التي تقسم فيها الأرزاق .
وعن بعض التابعين أن الأرض تعج من نوم العالم بعد صلاة الفجر ، وذلك لأنه وقت طلب الرزق والسعي فيه شرعا وعرفا عند العقلاء . وفي الحديث { اللهم بارك لأمتي في بكورها } .
وفي غريب أبي عبيد قال : وفي حديث عمر رضي الله عنه { إياك ونومة الغداة فإنها مبخرة مجفرة مجعرة } قال : ومعنى مبخرة تزيد في البخار وتغلظه . ومجفرة قاطعة للنكاح . ومجعرة ميبسة للطبيعة ” .


Tidur setelah subuh hukumnya makruh karena waktu tersebut adalah saat dibagikannya rizki maka tdk baik tidur waktu itu.Ibnu abbas pernah melihat seorang anaknya yg tidur setelah subuh,
beliau berkata :” bangunkah, apakah engkau tidur di saat rizki dibagikan didalamnya. “dari sebagian tabi’in bahwa sesungguhnya bumi berteriak karena tidurnya orang alim setelah sholat subuh,
hal itu disebabkan waktu tersebut adalah waktu untuk mencari rizki dan berjalan di dalamnya secara syara’ dan adat kebiasaan menurut orang-orang yang berakal.
Dalam hadis Nabi :” Yaa Allah berkahilah ummatku di waktu paginya ”
Dalam hadisnya umar :” berhati hatilah kalian dari tidur di waktu pagi, karena bisa menyebabkan banyaknya uap yg menutupi otak, memutuskan pernikahan dan mengkeringkan tabi’at. ”


قال المناوي : اعلم أن كثرة النوم غير محمودة لكثر مفاسده الأخروية ، بل والدنيوية ، فإنه يورث الغفلة والشبهات وفساد المزاج الطبيعي والنفساني ويكثر البلغم والسوداء ويضعف المعدة وينتن الفم ويولد دون القرح ويضعف البصر والباه حتى لا يكون له داعية للجماع ، ويفسد الماء ويورث الأمراض المزمنة في الولد المتخلق من تلك النطفة حال تكوينه ، ويضعف الجسد .

Al-manawiy berkata: ketahuilah, sesungguhnya banyak tidur itu tidak terpuji, karena banyak menimbulkan keburukan ukhrowi bahkan duniawi. karena banyak tidur itu menyebabkan lupa, syubhat, rusaknya pembawaan tubuh dan jiwa, memperbanyak lendir, lemah semangat/murung, melemahkan lambung, membuat muluk berbau busuk, menimbulkan luka, melemahkan penglihatan, nafsu seksual sehingga tidak ada pendorong untuk bersenggama, merusak (kandungan) air (pada tubuh), 
menyembahkan penyakit lumpuh pada anak yang terbentuk dari air sperma itu ketika terbentuk, dan melemahkan raga.


هذا في النوم في غير وقت العصر والصبح ، وأما فيهما فأعظم ضررا لأنه لا يمكن استقصاء مفاسده في العقل والنفس . ومنها أنه يورث ضعف الحال بحكم الخاصية وعدم الإيمان بالبعث والنشور


Hal ini untuk tidur di selain waktu ashar dan subuh, adapun tidur di waktu tersebut lebih besar bahayanya, karena tidak mungkin menjelaskan keburukan bagi akal dan jiwa. termasuk diantaranya: dapat melemahkan hal (keadaan jiwa) dengan hikmah-hikmah yang tertentu, dan menyebabkan tidak percaya (iman) dengan hari kebangkitan dan dikumpulkan di (makhsyar) .
 
Share:

Santri Jangan Ingat Mati


Beit syair ini biasa di jumpai dalam kitab-kitab‪#‎nahwu‬, bilkhusus 'Aamil Zaala (زال), Bab Kaana Wa Akhwaatuhaa

صاح شمر ولا تزل ذاكر الموت # فنسيانه ضلال مبين

Artinya: Wahai sahabatku...ingatlah kalian dan jangan berhenti mengingat mati # Karena lalai akan kematian adalah sungguh kesesatan yang nyata.

Oke... langsung saja pada ibaroh ulama terkait judul diatas
Nihayatul Muhtaj - Bab Janaaiz

وبدأ بالأول فقال ( ليكثر ) ندبا كل مكلف صحيحا كان ، أو مريضا ( ذكر الموت ) بقلبه ولسانه بأن يجعله نصب عينيه ; لأنه أزجر عن المعصية وأدعى للطاعة وصح { أكثروا من ذكر هاذم اللذات } يعني الموت
 
Sunah bagi "SETIAP MUKALLAF" baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit, BANYAK MENGINGAT MATI, cara mengingatnya baik disebutkan dalam lisan/diucapkan atau mengingatnya dalam hati, seolah kematian berada tepat didepan mata/pandangannya, hal demikian lebih mampu mencegah dari berbuat ma'shiyat dan lebih ingin berbuat ketaatan.

Cek ricek syarah matan di atas dalam Hasyiyah Syibromalisi

( قوله : كل مكلف ) يستثني طالب العلم فلا يسن له ذكر الموت لأنه يقطعه ، وكتب عليه سم على حج : يحتمل أن يطلب من الولي ونحوه أمر الصبي المميز بذلك ا هـ 

Mbah Mushonif meng'ISTITSNA' atau mengecualikan lafadz "KULLU MUKALLAFIN" (setiap mukallaf) bagi THOOLIBAL'ILMI yaitu orang orang yang sedang menuntut ilmu agama, dan lazim disebut "SANTRI".
Maka TIDAK DISUNAHKAN (artinya boleh saja) bagi SANTRI mengingat kematian, karena hal demikian bisa "MEMUTUSKAN" bagi santri.

"MEMUTUSKAN" = [ Memutuskan harapan dan cita-cita,memutuskan himmah belajar,mengaji,mengkaji,muthola'ah,mendalami,memperluas kajian dan lain-lain hingga saatnya mampu mengamalkan dan istiqomah ].
Tugas SANTRI : Belajar,belajar dan belajar (titik)

Wallohu a'lamu

Sumber :
1. Nihayatul Muhtaj dan Hasyiyah Syibromalisi
2. Syarah Asymuni li Alfiyah ibni Malik (untuk i'rob dan penjabaran beit diatas)
Share:

Laki-Laki Yang Tidak Punya Kasab (pekerjaan), Dia Tidak Punya Haq Atas Ke'lelakian-nya.

Kasab (secara sederhana) bisa di maknai "Satu pekerjaan atau perbuatan yang bisa menghasilkan sesuatu untuk menunjang keperluan hidupnya. Kasarnya sesuatu yang bisa menghasilkan uang, entah berkaitan dengan ilmu, keahlian, atau tenaga. Bisa saja menjadi tenaga pengajar (guru/ust), bertani, berdagang atau yang lainnya.Sehingga ia mampu mencukupi kebutuhan pribadinya, ahli-ahlinya jika sudah berkeluarga, lebih jauh dari itu bisa membantu saudara-saudaranya

Pendiri thoriqoh syadziliyyah yaitu Abu al-Hasan as-Syadzili bahkan mewanti-wanti kepada pada Muridnya (Saalik/pengikut sufi dan thoriqoh) agar jangan meninggalkan kasab.

فكان الشيخ ابو الحسن الشاذلي رحمه الله تعالي يقول : من اكتسب وقام بفرائض ربه 
تعالي عليه فقد كملت مجاهدته

Syeikh Abu al-Hasan as-Syadzili berkata :"Barangsiapa berkasab disamping ia tetap menunaikan dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada Allah, Maka sungguh sangat sempurna MUJAHADAHnya.
وقد اجمع العلماء علي ان الكسب واجب وجوبا مؤكدا ملحقا برتبة الايمان، ومعلوم ان من لا كسب له فهو كالمرأة لا حظ له في الرجولة...

Ulama telah sepakat bahwa Kasab hukumnya wajib muakkad.
Dan menjadi ma'lum "Bahwa seorang laki-laki yang tidak mempunyai kasab "itu seperti seorang wanita" Ia tidak punya haq atas ke'lelakian-nya".


منح السنية : ٩

#‎Minahu_As_Saniyah‬ #9

Semoga Allah memberkahi kasab kita, kasab yang halal, hasil yang halal, tasaruf yang halal,

amin ya fattaahu ya rozzaaqu ya wahhaabu
Share:

Minggu, 28 Februari 2016

Orang Tua Nabi Bukan Dalam Neraka versi Ulama Wahabi

Ini pandangan ulama wahabi 
 menjelaskan orangtua Nabi bukan dlm neraka

رأي الشيخ الشنقيطي من علماء الوهابية أن ابوي النبي صلى الله عليه وسلم من الناجين في اﻻخرة
من كتاب مجالس مع فضيلة الشيخ محمد الأمين الجكني الشنقيطي – رحمه الله –
كتبها تلميذه أحمد بن محمد الأمين بن احمد الجكني الشنقيطي
ص : 40
... وكانت حلقة الشيخ محمد الأمين في المسجد النبوي تكاد تكون الوحيدة به ؛ وذلك أن كثرة المدرسين بالمسجد إذا جلس الشيخ في حلقته التحقوا بها للإستفادة , وكان الشيخ قد ذكر في بعض هذه الدروس أن والدي رسول الله  من أهل الفترة , وذكر ما يقوله أهل العلم في أهل الفترة.
وحدثني – عليه رحمة الله – أنه استدعاه سماحة الشيخ عبد الله الزاحم إلى منزله , فلما حضر رحب به وأوسع له في المجلس إلى جنبه ، وكان مجلسه ذلك الوقت ليس به إلا المنتسبون للعلم , وكان بين أيديهم كتاب فيه مرجع.
قال الشيخ محمد الأمين: فلما انتهى التسليم ناولني الشيخ عبد الله الزاحم الكتاب ، فإذا هو شرح النووي على صحيح مسلم والمرجع فيه عند حديث " إن أبي وأباك في النار ".
فقلت: هذا الحديث كنت أعرفه!
قال سماحة الشيخ عبد الله الزاحم: إنك قبل أيام قلت في الدرس كذا ، لما قرر من أنهما أهل فترة.
قال شيخنا: قلت: نعم ، قلت ما قلت اعتماداً على نص من كتاب الله القطعي المتن وقطعي الدلالة ، وما كنت لأرد نصاً قطعي المتن قطعي الدلالة ، بنص ظني المتن وظني الدلالة عند الترجيح بينهما ، فهذا الحديث خبر آحاد ، ومثله حديث أبي هريرة  عند مسلم: " استأذنت ربي لأزور أمي فأذن لي ، واستأذنته أن أستغفر لها فلم يأذن لي " ، ولكن أخبار الآحاد ظنية المتن ، فلا يرد بها نص قرآني قطعي المتن ، وهو قوله تعالى:  وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً [ الإسراء:15 ] ؛ أي: ولا مثيبين.
وهذا النص قطعي الدلالة لا يحتمل غير ما يدل عليه لفظه بالمطابقة ، بخلاف حديث: " إن أبي وأباك في النار " ؛ فإنه ظني الدلالة ؛ يحتمل أنه يعني بقوله: " إن أبي " عمه أبا طالب ؛ لأن العرب تسمي العم: أباً ، وجاء بذلك الاستعمال كتاب الله العزيز في موضعين:
أحدهما: قطعي المتن قطعي الدلالة ، وهو قوله تعالى في البقرة:  قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ  [ البقرة:133 ] ، وإسماعيل عمه قطعاً ؛ فهو يعقوب بن سحاق بن إبراهيم.
والموضع الثاني: قطعي المتن لكنه ظني الدلالة ، وهو قوله تعالى:  وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلاًّ هَدَيْنَا وَنُوحاً هَدَيْنَا مِن قَبْلُ إلى أن قال:  وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطاً  [ الأنعام:84/86] ؛ فهو نص قرآني على أن إبراهيم يطلق عليه أبٌ للوط ، وهو عمه على ما وردت به الأخبار ، إلا أن هذا النص ظني الدلالة لأنه يحتمل أن يكون الضمير من قوله تعالى:  وَمِن ذُرِّيَّتِهِ  يرجع إلى نوح ، لأنه قال في الآية من قبل ذلك:  وَنُوحاً هَدَيْنَا مِن قَبْلُ  ، ولكنه احتمال مرجوح ؛ لأن الكلام عن إبراهيم.
وإذاً فإنه يحتمل أنه  لما سأله الأعرابي بقوله: أين أبي ؟ وقال له: إن أباك في النار وولّى والحزن باد عليه ، فقال  : " ردوه علي " فلما رجع قال له: " إن أبي وأباك في النار " .
يحتمل أنه يعني بأبيه: أبا طالب ؛ لأن العرب تسمي العم أبا لا سيما إذا انضمّ إلى العمومية التربية , والعطف والدفاع عنه.
ثم قال: والتحقيق في أبوي رسول الله  أنهما من أهل الفترة ؛ لأن تعريف أهل الفترة أنهم القوم الذين لم يدركوا النذارة قبلهم , ولم تدركهم الرسالة التي من بعدهم , فإذا كان ذلك كذلك , فإن والد النبي  التحقيق أنه مات والنبي – بأبي وأمي هو – حمل في بطن أمه , وأمه  ماتت وهو ابن ستة أعوام بلا خلاف ؛ وإذاً فإنهما من أهل الفترة.
فقال أحد الحضور: العرب كانوا على دين إسماعيل فعندهم نذارة أدركوها.
فقال له الشيخ الأمين: هل أنت على بصيرة مما تقول ؟ فقال نعم.
فقال له الشيخ محمد الأمين: أين أنت من قوله تعالى في سورة يس:  لتُنذِرَ قَوْماً مَّا أُنذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ  الآية [ يس:6 ] وما هنا نافية على التحقيق بدليل الفاء في قوله:  فَهُمْ غَافِلُونَ  ؛ أي: لعلة عدم إنذارهم.
وأين أنت من قوله تعالى في سورة القصص:  وَلَكِن رَّحْمَةً مِّن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْماً مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ  الآية [ القصص: 46 ].
وأين أنت من قوله تعالى في سورة سبأ:  مَا آتَيْنَاهُم مِّن كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِن نَّذِيرٍ  الآية [سبأ:44].
وأين أنت من قوله تعالى في سورة السجدة:  بََلْ هُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْماً مَّا أَتَاهُم مِّن نَّذِيرٍ مِّن قَبْلِكَ  الآية [ السجدة:3 ].
قال شيخنا: إن التحقيق في أهل الفترة , والبله , وأولاد المشركين الذين ماتوا صغاراً أنهم تشب لهم نار يوم القيامة في عرصات المحشر فيؤمرون باقتحامها , والله يعلم من خلقه منهم للجنة فيقتحمونها فتكون عليهم برداً ويذهب بهم ذات اليمين , ويعلم من خلقه منهم للنار فيمتنعون من دخولها فيذهب بهم ذات الشمال , ذكر ذلك ابن كثير في تفسير قوله تعالى:  وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً  الآية [ الإسراء:15 ].
وقال: إنه جاءت بذلك أحاديث منها الصحيح , ومنها الحسن , ومنها ما هو ضعيف يتقوى بالصحيح والحسن ؛ وإذا كانت أحاديث الباب متعاضدة على هذا النمط أفادت الحجة عند الناظر فيها.
فقال أحد الحضور: هذا تكليف والآخرة دار جزاء فهي يوم الدين.
فقال له شيخنا: هل أنت على بصيرة من قولك هذا ؟ قال : نعم.
قال الشيخ محمد الأمين: قال تعالى في سورة القلم:  يَوْمَ يُكْشَفُ عَن سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ  الآية [ القلم:42 ] , أي يوم هذا يا معشر الحضور ؟ وهل كان هذا تكليفاً في عرصات القيامة بنص كتاب الله ؟
وأيضاً , قد ثبت في الصحيح أن المؤمن يسجد لله يوم القيامة , وأن المنافق لا يستطيع السجود , وتكون ظهور المنافقين مثل صياصي البقر , أليس هذا بتكليف في عرصات القيامة ؟
قال أحد الحضور: أليس بالإمكان حمل الخاص على العام ؟ لأن الخاص يقضي على العام عند الجمهور ؛ فقوله تعالى:  وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً  الآية [ الإسراء:15 ]. دليل عام , والأحاديث الواردة في أشخاص معينين دليل خاص , فما أخرجه دليل خاص خرج من العموم , وما لم يخرجه بقي على عمومه داخلاً فيه .
قال شيخنا: إن هذا التخصيص لو قلنا به لأبطل ذلك حكمة العام ؛ لأن الله تعالى تمدح بكمال الإنصاف , وأنه لا يعذب أحداً حتى يقطع حجة المعذب بإنذار الرسل له في دار الدنيا , فلو عذب أحداً من غير إنذار لاختلّت تلك الحكمة التي تمدَّح الله بها , ولثبتت لذلك المعذب الحجة على الله التي أرسل الرسل لقطعها كما بينه تعالى في سورة النساء:  رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ  الآية [ النساء:165 ].
وهذه الحجة التي أرسل الرسل لقطعها بيّنها في آخر سورة طه بقوله تعالى:  وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُم بِعَذَابٍ مِّن قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِن قَبْلِ أَن نَّذِلَّ وَنَخْزَى  [ طه:134 ] , وقال تعالى في سورة القصص:  وَلَوْلَا أَن تُصِيبَهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ  [ القصص:47 ].
فيتعين بكل هذه الحجج عذر أهل الفترة بفترتهم في الدنيا , وأنهم ممتحنون يوم القيامة , ولا يعلم من يقتحم منهم النار ممن يمتنع إلا الله الذي خلقهم , والعلم عند الله تعالى هو حسبنا ونعم الوكيل.
ثم أن الشيخ عبدالله الزاحم قد نصح بعض الحضور لهذه الجلسة قائلا : إن من نصيحتي لك أن لا تتكلم في مجلس فيه هذا الرجل الذي تسلح بآيات كتاب الله ، ينظر إليها كأنها بين عينيه ، فلا يؤمن على أحد عارضه أن يرميه بآية تخرجه من الملة ، نسال الله السلامة والعافية
Share:

Imam Ahmad Bin Hambal dan Wanita Shaleha

Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dikunjungi seorang wanita yang ingin bertanya.

“lmam, saya adalah seorang perempuan yang sudah lama kematian suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk membesarkan anak-anak saya, saya mengait benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan bekerja sebagai sebagai buruh kasar dikesempatan masa yg ada.

Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan mengait benang itu saya lakukan apabila  bulan terang.”
Imam Ahmad rahimahullah mendengar dengan serius percakapan perempuan tadi. Perasaannya tersentuh mendengar ceritanya yang menyayatkan hati.

Beliau yang memiliki kekayaan lagi dermawann sebenarnya telah tergerak hati untuk memberi bantuan sedekah kepada wanita itu, namun ia tangguhkan dahulu hasratnya karena ingin mendengar semua ucapan si ibu tadi.
Si ibu tadi meneruskan cerita katanya...“Pada suatu hari, ada satu rombongan  kerajaan telah berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlah yang amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa pengetahuan mereka, saya segera mengait benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.
Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?

Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu?
Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan wang negara, dan tentu ianya adalah wang rakyat.”

Imam Ahmad rahimahullah terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang rosak akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi. Padahal jelas, wanita ini begitu miskin lagi fakir.
Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad rahimahullah bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”

Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”
Imam Ahmad rahimahullah makin terkejut.  Basyar Al-Hafi rahimahullah adalah Gabenor yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya. Rupanya, jawatannya yg tinggi tidak disalahgunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sehingga adik kandungnya sendiri pun hidup dalam keadaan miskin.

Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad rahimahullah berkata,
“Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk mengumpul kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menyalahguna wang negara serta menyusahkan rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, lbu. sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari celahan jilbabmu jauh lebih mulia jika dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.


Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil sulaman itu engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan kewangan negara…”

Kemudian Imam Ahmad rahimahullah melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silakan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, nescaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”.

Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Rasulullah, beliau bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ
“Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.” 

(Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730)
Share:

Syariat, Hakikat dan Tarekat

قال شيخنا العلامة الفقيه الحبيب زين بن إبراهيم بن سميط حفظه الله تعالى ورعاه :
الطريقة والحقيقة من غير فعل شريعة لن تحصلا

والمعنى أن الطريقة والحقيقة كلاهما متوقف على الشريعة فلا يستقيمان ولا يحصلان إلا بها.   
فالمؤمن وإن علت درجته وارتفعت منزلته وصار من جملة الأولياء لا تسقط عنه العبادات المفروضة ولا تسقط عنه اجتناب المنهيات والمحرمات .

ومن زعم أن من صار وليا ووصل إلى الحقيقة سقطت عنه الشريعة فهو ضال مضل ملحد.



al-Allamah al-Faqih al-Habib Zein bin Ibrohim bin Sumaith Hafidzhohullah berkata :

Tanpa Syariat, Hakikat dan Tarekat tak akan di dapatkan.
Dalam arti, Hakikat dan Tarekat bergantung kepada Syari'at. Keduanya tidak akan berdiri tegak kecuali dengan Syari'at.
Kewajiban menjalankan yang wajib, dan keharusan menghindari yang Haram tak akan gugur dari Seorang mukmin, setinggi apapun derajat dan kedudukannya, meski ia telah masuk kedalam golongan wali-wali Allah.

Barang siapa yang menyangka bahwa dirinya telah menjadi wali yang sampai kepada hakikat sehingga syariat telah gugur baginya,  makia ia adalah orang yang sesat menyesatkan tak berTuhan.
Share:

Fadhilah Surah Al Ikhlas

Sahabat selalu membaca surat Al ikhlas di setiap shalat nya tanpa ada petunjuk dan contoh dari rasulullah. Ketika rasulullah tahu, beliau tidak melarangnya apalagi MEMBID’AHKANNYA malah memuji dan mendoakan nya

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، كَانَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَؤُمُّهُمْ فِي مَسْجِدِ قُبَاءٍ، وَكَانَ كُلَّمَا افْتَتَحَ سُورَةً يَقْرَأُ بِهَا لَهُمْ فِي الصَّلاَةِ مِمَّا يَقْرَأُ بِهِ افْتَتَحَ: بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهَا، ثُمَّ يَقْرَأُ سُورَةً أُخْرَى مَعَهَا، وَكَانَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ، فَكَلَّمَهُ أَصْحَابُهُ، فَقَالُوا: إِنَّكَ تَفْتَتِحُ بِهَذِهِ السُّورَةِ، ثُمَّ لاَ تَرَى أَنَّهَا تُجْزِئُكَ حَتَّى تَقْرَأَ بِأُخْرَى، فَإِمَّا تَقْرَأُ بِهَا وَإِمَّا أَنْ تَدَعَهَا، وَتَقْرَأَ بِأُخْرَى فَقَالَ: مَا أَنَا بِتَارِكِهَا، إِنْ أَحْبَبْتُمْ أَنْ أَؤُمَّكُمْ بِذَلِكَ فَعَلْتُ، وَإِنْ كَرِهْتُمْ تَرَكْتُكُمْ، وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مِنْ أَفْضَلِهِمْ، وَكَرِهُوا أَنْ يَؤُمَّهُمْ غَيْرُهُ، فَلَمَّا أَتَاهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرُوهُ الخَبَرَ، فَقَالَ: «يَا فُلاَنُ، مَا يَمْنَعُكَ أَنْ تَفْعَلَ مَا يَأْمُرُكَ بِهِ أَصْحَابُكَ، وَمَا يَحْمِلُكَ عَلَى لُزُومِ هَذِهِ السُّورَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ» فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّهَا، فَقَالَ: «حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الجَنَّةَ

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
"Seseorang (sahabat) dari al Anshar mengimami (shalat) mereka (para shahabat) di Masjid Quba. Setiap ia memulai bacaan (di dalam shalatnya), ia membaca sebuah surat dari surat-surat (lainnya) yang ia (selalu) membacanya. Ia membuka bacaan surat di dalam shalatnya dengan
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
sampai ia selesai membacanya, kemudian ia lanjutkan dengan membaca surat lainnya bersamanya. Ia pun melakukan hal demikan itu di setiap raka'at (shalat)nya. (Akhirnya) para sahabat berbicara kepadanya, mereka berkata: "Sesungguhnya engkau memulai bacaanmu dengan surat ini, kemudian engkau tidak menganggap hal itu telah cukup bagimu sampai (engkau pun) membaca surat lainnya. Maka, (jika engkau ingin membacanya) bacalah surat itu (saja), atau engkau tidak membacanya dan engkau (hanya boleh) membaca surat lainnya". Ia berkata: "Aku tidak akan meninggalkannya. Jika kalian suka untuk aku imami kalian dengannya, maka aku lakukan. Namun, jika kalian tidak suka maka aku tidak mengimami kalian," dan mereka berpendapat bahwa ia adalah orang yang paling utama di antara mereka, sehingga mereka pun tidak suka jika yang mengimami (shalat) mereka adalah orang selainnya. Sehingga tatkala Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendatangi mereka, maka mereka pun menceritakan kabar (tentang itu), lalu ia (Nabi)shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Wahai fulan, apa yang menghalangimu untuk melakukan sesuatu yang telah diperintahkan para sahabatmu? Dan apa pula yang membuatmu selalu membaca surat ini di setiap raka'at (shalat)?" Dia menjawab,"Sesungguhnya aku mencintai surat ini," lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:"Cintamu 
kepadanya akan memasukkanmu ke dalam surga

HR. Bukhari kitab al-Adzan, bab al-Jam'u Baina as-Surataini fi ar-Rak'ah..
Share:

Pesan Buat Para Wanita / Ibu

Hati-hati menjaga lisanmu wahai Ibu...



كنت في يوم من الايام انظف بيتي وجاء ابني وهو طفل واسقط تحفة من الزجاح فانكسرت
Suatu hari, saya sedang membersihkan rumah. Tiba-tiba anak lelaki saya datang, ia masih kecil waktu itu, ia menjatuhkan satu hiasan yang terbuat dari kaca, dan pecah.



فغضبت عليه اشد الغضب لانها غالية جداً واهدتني اياها امي فأحبها ، واحب ان احافظ عليها ...
Saya benar-benar marah ketika itu. Karena hiasan itu amat mahal harganya. Ibu saya telah menghadiahkannya dan saya amat menyukainya, maka saya menjaganya dengan amat baik...


ومن شدة الغضب دعوت عليه قلت : 
( عسى ربي يطيح عليك جدار يكسر عظامك )
Karena terlalu marah, saya melontarkan kata-kata: "semoga kamu tertimpa dinding bangunan dan tulang-belulangmu hancur!"


مرت السنين ونسيت تلك الدعوة ولم اهتم لها ولم اعلم انها قد ارتفعت الى السماء ... 
Beberapa tahun berlalu, saya lupa akan doa itu, saya pun tak menganggapnya penting, dan saya tidak tau bahwa ternyata doa itu telah naik ke atas langit...


كبر ابني مع اخوانه واخواته ..
وكان هو احب ابنائي الى قلبي ؛ 
اخاف عليه من نسمة الهواء ...
ويبر فيَّ اكثر من اخوانه واخواته ...
درس وتخرج وتوظف واصبحت ابحث له عن زوجة
Anakku lelakiku itu dan saudara-saudarinya yang lain semakin besar. Rasanya, dialah yang paling saya cintai dari anak2ku yang lain. Dialah yang paling saya khawatirkan. Ia pula yang paling berbakti kepadaku dibandingkan saudara/i nya yang lain. Dia telah tamat belajar, bekerja, dan sudah waktunya untuk saya mencarikannya pasangan...
. . .


وكان عند والده عمارة قديمة ويريدون هدمها وبناءها من جديد
Ayahnya memiliki sebuah gedung tua yang hendak direnovasi.
.
ذهب ابني مع والده للعمارة وكان العمال يستعدون للهدم

Maka pergilah anakku bersama ayahnya ke gedung itu. Para pekerja sudah siap-siap untuk merenovasinya..


وفي منتصف عملهم ذهب ابني بعيداً عن والده ولم ينتبه له العامل فسقط الجدار عليه ..
Ditengah-tengah aktivitas mereka, anakku pergi agak jauh dari ayahnya, para pekerja tidak mengetahui bahwa ada ia disana, bangunan yang sengaja dirobohkan untuk direnovasi itu jatuh menimpanya...


وصرخ ابني ... ثم اختفى صوته ... 
توقف العمال ، واصبح الجميع في قلق وخوف ... 
Anakku berteriak hingga suaranya tak terdengar lagi. Semua pekerja berhenti. Mereka ketakutan! Mereka khawatir!


ازالوا الجدار عنه بصعووووبة وحضر الاسعاف 
ولم يستطيعوا حمله لانه اصبح كالزجاح اذا سقط وتكسر ...
Mereka menyingkirkan dinding yang menghimpit anakku itu dengan susah payah dan segera memanggil ambulans. Mereka tidak bisa mengangkan badan anakku. Ia remuk. Seperti kaca yang jatuh, pecah berkeping-keping...


حملوه بصعوبة ونقلوه للعناية ...
وعندما اتصل والده ليخبرني
كأن الله اعاد امام عيني تلك الساعة التي دعوت فيها على ابني وهو طفل ... وتذكرت تلك الدعوة ...
Mereka membawanya dengan amat sulit dan segera memindahkannya untuk pertolongan lebih lanjut.. . Ketika ayahnya menghubungi saya untuk mengabarkan hal itu, seakan Allah menghadirkan kembali apa yang telah saya doakan untuknya dahulu ketika ia kecil...


بكيت حتى فقدت وعيي ..
واستيقظت في المستشفى ... وطلبت رؤية ابني ...
Saya menangis hingga jatuh pingsan. Ketika sadar, saya berada di rumah sakit.. Dan saya meminta untuk melihat anak saya...


رأيته ، وليتني لم اره في تلك الحالة ..!
رأيته وكأن الله يقول : 
هذه دعوتك ... استجبتها لك بعد سنين طويلة ؛لأن دعوة الوالدين مستجابة ... والان سأخذه من الدنيا 
Ketika melihatnya, ah! Andaikan aku tidak melihatnya dalam keadaan sebegitu... Saya melihatnya, seakan-akan Allah berkata "nih, ini doamu kan? Sudah saya kabulkan setelah sekian lama; doa orang tua itu mustajab, dan sekarang Aku akan mengambilnya..."



وفي تلك اللحظات توقف جهاز القلب ... 
Ketika itu, jantung aaya seakan berhenti berdetak...


ولفظ ابني انفاسه الاخيرة ..
Anak saya menghembuskan nafas terakhirnya...


صرخت وبكيت وانا اقول : 
Sembari berteriak dan menangis saya berkata:


ليته يعود للحياة .. ويكسر تحف البيت جميعها ...
Andaikan ia hidup lagi! Tidak mengapa jika dia hancurkan semua perabot rumah...


ولا افقده ..
Asalkan saya tidak kehilangan ia...


ليت لساني انقطع ولا دعوت عليه تلك الدعوة ..!
Andaikan saja lidah saya ini terpotong dan tidak mendoakannya sebegitu!


ليت وليت وليت ولكن .......... لي تها تنفع كلمة •• ليت ••
Andaikan... Andaikan... Andaikan... Tetapi, andaikan kalimat 'andaikan' ini berguna...


رسالتي لكل ام : 
لاتتسرعين في وقت غضبك بدعائك على ابنك ...،
Risalah kepada para ibu: jangan terburu-buru mendoakan anakmu ketika sedang marah...


استعيذي بالله من الشيطان ... وان اررتي
ولكن لاتدعين عليه ...
فتندمين كما ندمت ""
Berlindunglah kepada Allah dari godaan setan,... Jika kamu ingin memukulny, pukul aaja, tapi jangan mendoakannya macam-macam, sehingga kalian akan menyesal seperti saya...


اكتب لكم هذه الكلمات ودمعاتي تسبق كلماتي ... 
Saya menuliskan ini dengan airmata yang membanjir...
ليت روحي تلحق روحك يابني واستريح من هذا الالم الذي اعيشه بعد وفاتك ...
""""""""""


Andaikan ruhku pun turut bersamamu, nak. Hingga saya bisa beristirahat dari kepedihan yang saya rasakan sepeninggalmu...
قصة مؤثرة ..
""""""""""""
ارجو نشرها لجميع النساء
الدعوة مقبولة .. ولو بعد حين

Kisah yang menginspirasi.
Tolong sebarkan keseluruh wanita, doa itu akan terjawab, walau setelah beberapa lama...
Semoga dapat diambil nasehatnya


Share:

Sabtu, 27 Februari 2016

Doa Ilmu Manfaat

DO'A AGAR DIBERI ILMU YANG BERMANFAAT


عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم يَقُولُ: "اَللَّهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ، وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ، وَارْزُقْنِيْ عِلْمًا يَنْفَعُنِيْ." رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَالْحَاكِمُ.


Dari Anas Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam biasa membaca doa: “Allahummanfa’ni bima ‘allamtani, wa 'allimni ma yanfa‘uni, warzuqni ‘ilman yanfa‘uni. (Ya Allah, berilah aku manfaat pada apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarkanlah kepadaku apa yang bermanfaat bagiku, dan anugerahkanlah kepadaku ilmu yang bermanfaat bagiku).” (HR. an Nasai dan al Hakim).
Share:

Amalan Cepat Naik Haji

عملن سوفيا لكس نائك حاج
  باچ سباپق ۱۱  كالي ستيف هارى :
وَأَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْـحَـجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ
  باچ دعا إين ٤كالي ستيف سلسي صلاة دان سبملومث باچ فاتحة سكالى أونتوق الشِّيخْ كِيَايِ خَلِيلْ ﺑَﭭْﻜَﺎﻟَﻦْ مَادُوْرَا :
اَللَّهُمَّ يَسِّرْ لَـنَا زِيَارَةَ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةِ بِبَرَكَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَرْزُقُنَا بِـهَا مِنْ أَهْلِ التَّوْفِيْقِ وَتُبَلِّغُنَا بِـهَا حُضُوْرَ بَيْتِ الْعَتِيْقِ وَزِيَارَةَ قَبْرِهِ وَأَبِـيْ بَكْرِنِ الصِّدِّيْقِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ . ( من الأستاذ الحاج محمد مرشد بن الحاج محمد أرشد البنجرى )
Share:

Cerpen Inspiratif

CERPEN ALA SANTRI
INI JUGA KISAH PENUH INSPIRASI BUAT SANTRI
~

قصہ رائعہ جدآ
KISAH YANG SANGAT MENGESANKAN



كان هناك شيخ يعلم تلاميذه العقيدة
Ada seorang guru agama yg mengajarkan Aqidah kepada murid2nya


يعلمهم لا إله إلا اللـه يشرحها لهم
Dia mengajarkan "La ilaaha illallah" kepada mereka & menjelaskan maknanya


يربيهم عليها أسوة بما كان يفعل رسول الله صلى الله عليه وسلم
Mendidik mereka dengan keteladanan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-


عندما كان يعلم أصحابه العقيدة ويغرسها في نفوسهم
Ketika mengajarkan aqidah beliau berusaha menanamkanya ke dalam jiwa murid-muridnya


وكان الشيخ يحب تربية الطيور والقطط
Sang guru itu senang memelihara burung & kucing


فأهداه أحد تلاميذه ببغاء
Lalu seorang muridnya pun menghadiahkan padanya seekor burung kakak tua


ومع الأيام أحب الشيخ الببغاء
Makin hari sang guru pun makin suka dgn burung itu

وكان يأخذه معه في دروسه
Dan sering membawanya pada saat mengajar murid-muridnya

حتى تعلم الببغاء نطق كلمة لا إله إلا الله.
Sehingga kakak tua itu pun belajar mengucapkan kalimat tauhid "La ilaha illallah"

فكان ينطقها ليلا ونهارا…
Burung kakak tua itu pun mampu mengucakan (laa ilaaha illallah) siang & malam

وفي مرة وجد التلاميذ شيخهم يبكي?
Suatu ketika murid-murid mendapati sang guru sedang menangis

وينتحب وعندما سألوه
Ketika ditanya beliau pun menjelaskan dengan terbata- bata

قال لهم هجم القط على الببغاء وقتله
Kucing telah menerkam kakak tua dan membunuhnya

فقالوا له لهذا تبكي .
Mereka pun bertanya dgn hairan: kerana inikah engkau menangis!!

إن شئت أحضرنا لك غيره وأفضل منہ ..
Kalau engkau menginginkan, kami mampu datangkan burung yang lain bahkan yg jauh lebih baik


رد الشيخ وقال لا أبكي لهذا …
Sang guru berkata: bukan kerana itu aku menangis


ولكن أبكاني أنه عندما هاجم القط الببغاء
Tetapi... Yang membuat aku menangis adalah: ketika diserang kucing


أخذ يصرخ ويصرخ إلي أن مات
Burung itu hanya menjerit2 saja sampai matinya


مع أنه كان يكثر من قول لا إله إلا الله
Padahal dia sering sekali mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallah"


إلا أنه عندما هاجمه القط نسيها
Tetapi ketika diterkam kucing ia lupa kalimat tersebut


ولم يقم إلا بالصراخ .
Tidak mengucapkan apapun kecuali hanya menjerit & merintih!!!


لأنه كان يقولها بلسانه
Kerana waktu hayatnya ia hanya mengucapkan "laa ilaaha illallah" dengan lisannya saja


فقط ولم يعلمها قلبه ولم يشعر بها .
Sementara hatinya tidak memahami dan tidak menghayatinya


ثم قال الشيخ :
Sang guru pun berkata


أخاف أن نكون مثل هذا الببغاء
Aku khawatir kalau nanti kita seperti kakak tua itu


نعيش حياتنا نردد لا إله إلا الله
Saat kita hidup mengulang-ulang kalimat "laa ilaaha illallah"


بألسنتنا وعندما يحضرنا الموت ننساها
Dengan lisan kita, tapi ketika maut datang kita pun lupa


ولا نتذكرها؛ لأن قلوبنا لم تعرفها
Tidak mampu mengingatnya, kerana hati kita belum menghayatinya


فأخذ الطلبة يبكون؛ خوفا من عدم الصدق في لا إله إلا اللـه
Kemudian para muridnya pun menangis, khawatir tidak jujur terhadap kalimat tauhid ini


ونحن.... هل تعلمنا لا إله إلا الله بقلوبنا !!!!
Dan kita sendiri... adakah kita telah menanamkan kalimat "laa ilaaha illallah" ini ke dalam hati sanubari kita?


ما ارتفع شيء إلى السماء أعظم من الإخلاص ،
Tidak ada sesuatu pun yg naik ke langit yang lebih agung berbanding keikhlasan


و لا نزل شيء إلى الأرض أعظم من التوفيق
Dan tidak ada sesuatu pun yang turun ke bumi yang lebih agung dari taufiq Allah


..و بقدرالإخلاص يكون التوفيق
Sesuai kadar keikhlasan kita taufiq Allah kita dapatkan
Share:

Syair Pujian Sayyidina Hasan bin Sabit kepada Nabi ﷺ

 Syair Pujian Sayyidina Hasan bin Sabit kepada Nabi ﷺ


أغَرّ عَلَيه لِلنُّبُوَّةِ خَاتَم ... مِنَ اللَّهِ مِنْ نُور يَلوحُ وَيشْهَد .
Kedudukannya sebagai penutup Nabi Allah lebih terang dari cahaya yang kita lihat.



وَضمَّ الإلهُ اسْمَ النَّبِيِّ إِلَى اسْمِهِ ... إِذَا قَالَ فِي الخَمْس المؤذنُ: أشهدُ.
Dan Allah telah menggabungkan nama Nabi dengan nama-Nya.... Jika seorang muadzin mengucapkan kalimat yang kelima dalam 
adzannya, yaitu "asyhadu."

وَشَقَّ لَهُ مِن اسْمِهِ ليُجِلَّه ... فَذُو العَرشِ محمودٌ وهَذا مُحَمَّد.ُ
 Dan Allah telah membelah buatnya sebagian dari nama-Nya untuk menjadikannya orang yang diagungkan....

Tuhan Yang memiliki Arsy Mahmud (Maha Terpuji), dan dia bernama Muhammad (orang yang terpuji).


Allah سبحانه وتعالى meninggikan sebutan nama Nabi Muhammad ﷺ di kalangan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian. Dan tidak sekali-kali nama Allah disebut melainkan ia pun disebut bersama nama-Nya.

Alangkah indahnya apa yang telah dikatakan oleh As Sarsari dalam syairnya:

لَا يَصِحُّ الأذانُ فِي الفَرْضِ إِلَّا ... باسمِه العَذْب فِي الْفَمِ المرْضي .

 Tidaklah sah adzan dalam sholat fardu melainkan dengan menyebut namanya yang enak disebut oleh lisan yang diridhoi.



Disebutkan juga dalam syair yang lainnya:

ألَم تَر أنَّا لَا يَصحُّ أذانُنَا ... وَلا فَرْضُنا إنْ لَمْ نُكَررْه فِيهِمَا.

Tidakkah engkau perhatikan, bahwa tidaklah sah adzan kita dan tidak sah sholat wajib kita, bila kita tidak menyebut-nyebut namanya dalam keduanya.


والله أعلم



 Di kutib dari Tafsir ibnu katsir

صلوا على النبي.....
Share:

Kisah Orang Yang Mengingkari Keistimewaan Ihya Ulumiddin

Referensi : 
Kitab Ta'rif Al-Ihya bi Fadhoili Al-Ihya Karya Al-'Aalim Al-'Allaamah Al-'Aarif Billah Al-Habib Abdul Qodir Al-Idrus Ba'alawi



Kisah teladan Ini adalah kisah seorang yang inkar terhadap keistimewaan karya Al-Imam Al-Ghazali sekaligus peringatan bagi kita agar senantiasa memahami karya Ulama yang Dekat Dengan Allah ta'ala

.ﺫﻛﺮﺍﻟﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠـﻪ ﺑﻦ ﺃﺳﻌﺪ ﺍﻟﻴﺎﻓﻌﻲ ﺭﺣﻤﺔ ﻟﻠـﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﻗﻄﺐﺍﻟﻴﻤﻦ ﺇﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﺤﻀﺮﻣﻲ ﺛﻢ ﺍﻟﻴﻤﻨﻲ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ ﺗﺼﺎﻧﻴﻒﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻓﻘﺎﻝ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺟﻮﺍﺑﻪ :
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠـﻪ ﺳﻴﺪ ﺍﻷﻧﺒـﻴﺎﺀ ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺳﻴﺪ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻭﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻤﺼﻨﻔﻴﻦ.


Syaikh Abdullah bin As'ad Al-Yafi' Rahmatullah alaih berkata : Seorang wali qutub yaman yg faqih adalahSyekh Isma'I'll bin Muhammad Al-Hadlromy, kemudiandi tanyakan kpd faqih dari yaman tentang beberapa karya Imam Ghozali, makadi jawab oleh beliau (Syaikh Isma’il bin Muhammad Al-Hadlromy) : Muhammad bin Abdullah (Rasulullah) adalah sayyidil anbiya', dan Muhammad bin Idris As-Syafi'i (Imam Syafi'i) adalah sayyidil a’immah, dan Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali adalah sayyidil Mushonnifin

.ﻭﺫﻛﺮ ﺍﻟﻴﺎﻓﻌﻲ ﺃﻳﻀﺎً ﺃﻥ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻜﺒـﻴﺮ ﺃﺑﺎ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺣﺮﺯﻫﻢ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪﺍﻟﻤﺸﻬﻮﺭ ﺍﻟﻤﻐﺮﺑـﻲ ﻛﺎﻥ ﺑﺎﻟﻎ ﻓﻲ ﺍﻹﻧﻜﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﺎﺏ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻛﺎﻥﻣﻄﺎﻋﺎً ﻣﺴﻤﻮﻉ ﺍﻟﻜﻠﻤﺔ, ﻓﺄﻣﺮ ﺑﺠﻤﻊ ﻣﺎ ﻇﻔﺮ ﺑﻪ ﻣﻦ ﻧﺴﺦ ﺍﻹﺣﻴﺎﺀ ﻭﻫﻢ ﺑﺈﺣﺮﺍﻗﻬﺎﻓﻲ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ
Dan Imam Al-Yafi'i juga mengatakan, bahwasanya Imam besar Abul Hasan Ali bin Hirzihim, seorang Faqih yang terkenal di Maghribi (maroko) dia dulu sangat mengingkari kitab Ihya ulumuddin, dan beliau adalah orang yang ditaati dan di dengar ucapannya.
kemudian beliau memerintahkan untuk mengumpulkan semua yang didapat daripada naskah kitab Ihya dan ingin membakarnya di masjid jami'pada hari jum'at

.ﻓﺮﺃﻯ ﻟﻴﻠﺔ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ﻛﺄﻧﻪ ﺩﺧﻞ ﺍﻟﺠﺎﻣﻊ ﻓﺈﺫﺍ ﻫﻮ ﺑﺎﻟﻨﺒـﻲ ﻓﻴﻪ ﻭﻣﻌﻪ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠـﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻗﺎﺋﻢ ﺑـﻴﻦ ﻳﺪﻱ ﺍﻟﻨﺒـﻲ ؛ ﻓﻠﻤﺎ ﺃﻗﺒﻞﺍﺑﻦ ﺣﺮﺯﻫﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ : ﻫﺬﺍ ﺧﺼﻤﻲ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠـﻪ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻷﻣﺮ ﻛﻤﺎ ﺯﻋﻢﺗﺒﺖ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠـﻪ, ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺷﻴﺌﺎً ﺣﺼﻞ ﻟﻲ ﻣﻦ ﺑﺮﻛﺘﻚ ﻭﺍﺗﺒﺎﻉ ﺳﻨﺘﻚ ﻓﺨﺬ ﻟﻲﺣﻘﻲ ﻣﻦ ﺧﺼﻤﻲ،

Kemudian pada malam jum'atnya beliau bermimpi seakan-akan masuk kedalam masjid jami', ternyata didalam masjid itu ada Nabi saw. dan bersama Nabi Sayyidina Abu bakar dan Umar Radhiyallahu anhuma,serta Imam Ghozaly berdiri di hadapan Nabi saw.

ketika Ibnu hirzihim menghadap, Imam ghozali berkata: ini musuhku Ya Rasulullah, jika perkara yg terjadi sebagaimana yang dia sangka, maka aku bertaubat kepada Allah, dan jika sesuatu yang aku dapat itu dari keberkahanmu dan mengikutisunnahmu, maka ambilkanlah untuku haqku darimusuhku ini.


ﺛﻢ ﻧﺎﻭﻝ ﺍﻟﻨﺒـﻲ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻹﺣﻴﺎﺀ, ﻓﺘﺼﻔﺤﻪ ﺍﻟﻨﺒـﻲ ﻭﺭﻗﺔ ﻭﺭﻗﺔ ﻣﻦﺃﻭﻟـﻪ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ, ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻭﺍﻟﻠـﻪ ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﻟﺸﻲﺀ ﺣﺴﻦ, ﺛﻢ ﻧﺎﻭﻟـﻪﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺭﺿﻲﺍﻟﻠـﻪ ﻋﻨﻪ, ﻓﻨﻈﺮ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﺳﺘﺠﺎﺩﻩ . ﺛﻢ ﻗﺎﻝ : ﻧﻌﻢ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺑﻌﺜﻚ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﺇﻧﻪ ﻟﺸﻲﺀﺣﺴﻦ, ﺛﻢ ﻧﺎﻭﻟـﻪﺍﻟﻔﺎﺭﻭﻕ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠـﻪ ﻋﻨﻪ, ﻓﻨﻈﺮ ﻓﻴﻪ ﻭﺃﺛﻨﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ

،Kemudian diberikan kepada Nabi kitab Ihya, lalu Nabi membukanya selembar demi selembar dari awal kitab hingga akhir, kemudian Nabi bersabda: 

demi Allah sesungguhnya ini sesuatu (kitab) yang bagus,kemudian diberikan kepada Ash-Shiddiq ra. Maka beliau melihatnya dan menganggap baik kitab tersebut, kemudian beliau berkata: Benar, Demi Dzatyang mengutusmu dengan haq, sesungguhnya ini sesuatu (kitab) yang baik, kemudian diberikan kepadaSayyidina Umar ra. dan beliau melihat isi kitab itu, dan beliaupun memuji kitab itu sebagaimana yang dikatakan oleh Ash-Shiddiq


.ﻓﺄﻣﺮ ﺍﻟﻨﺒـﻲ ﺑﺘﺠﺮﻳﺪ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ ﺣﺮﺯﻫﻢ ﻋﻦﺍﻟﻘﻤﻴﺺ ﻭﺃﻥ ﻳﻀﺮﺏ ﻭﻳﺤﺪ ﺣﺪ ﺍﻟﻤﻔﺘﺮﻱ, ﻓﺠﺮﺩ ﻭﺿﺮﺏ . ﻓﻠﻤﺎ ﺿﺮﺏ ﺧﻤﺴﺔ ﺃﺳﻮﺍﻁ ﺗﺸﻔﻊﻓﻴﻪ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻭﻗﺎﻝ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻌﻠﻪ ﻇﻦ ﻓﻴﻪ ﺧﻼﻑ ﺳﻨﺘﻚ ﻓﺄﺧﻄﺄﻓﻲﻇﻨﻪ, ﻓﺮﺿﻲ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻭﻗﺒﻞ ﺷﻔﺎﻋﺔ ﺍﻟﺼﺪﻳﻖ

،Maka Nabi memerintahkan untuk mencabuk faqih Ali Ibnu hirzihim di atas gamis, dan dicambuk serta dihad dengan hadnya pembuat kebohongan, Lalu beliaupun di cambuk dan dipukul. 
ketika telah dicambuk lima kali, Sayidina Abu bakar memintakan ma'af untuknya, dan beliau berkata: 
Ya Rasulullah, mungkin dia menyangka apa yang ada didalam kitabIhya menyalahi sunnahmu, kemudian dia salah didalam sangkaannya, dan Imam ghozali menerima,maka Rasulullah pun menerima permintaan maafnyaAsh-Shiddi


.ﺛﻢ ﺍﺳﺘﻴﻘﻆ ﺍﺑﻦ ﺣﺮﺯﻫﻢ ﻭﺃﺛﺮ ﺍﻟﺴﻴﺎﻁ ﻓﻲ ﻇﻬﺮﻩ, ﻭﺃﻋﻠﻢ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ ﻭﺗﺎﺏ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪﻋﻦ ﺇﻧﻜﺎﺭﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻐﺰﺍﻟﻲ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔﺮ, ﻭﻟﻜﻨﻪ ﺑﻘﻲ ﻣﺪﺓ ﻃﻮﻳﻠﺔﻣﺘﺄﻟﻤﺎً ﻣﻦ ﺃﺛﺮﺍﻟﺴﻴﺎﻁ ﻭﻫﻮ ﻳﺘﻀﺮﻉ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻭﻳﺘﺸﻔﻊ ﺑﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ , ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺭﺃﻯﺍﻟﻨﺒـﻲ ﺩﺧﻞ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻣﺴﺢ ﺑـﻴﺪﻩ ﺍﻟﻜﺮﻳﻤﺔ ﻋﻠﻰ ﻇﻬﺮﻩ ﻓﻌﻮﻓﻲ ﻭﺷﻔﻲ ﺑﺈﺫﻥ ﺍﻟﻠﻪﺗﻌﺎﻟﻰ, ﺛﻢ ﻻﺯﻡ ﻣﻄﺎﻟﻌﺔ ﺇﺣﻴﺎﺀ ﻋﻠﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻓﻔﺘﺢ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻧﺎﻝ ﺍﻟﻤﻌﺮﻓﺔ ﺑﺎﻟﻠﻪ،ﻭﺻﺎﺭ ﻣﻦ ﺃﻛﺎﺑﺮ ﺍﻟﻤﺸﺎﻳﺦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻭﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ.


Kemudian Bangunlah Ibnu hirzihim sedang bekas cambukan masih ada dipunggungnya, lalu beliau memberitahukan teman-temannya (mengenai mimpi tsb) dan bertaubat kepada Allah atas pengingkarannya kepada Imam Ghozali dan beristighfar, akan tetapi masih tersisah rasa sakit cambuk tersebut dalam waktu yang lama, dan dia terus memohon kepada Allah dan meminta syafa'at kepada Rasulullah, hingga beliau bermimpi Nabi, dan mengusap punggung Ibnu hirzihim dengan tangan beliau yang mulia, 
kemudian beliau sembuh dengan izin Allah, kemudian beliau selalu melazimkan mempelajari kitab Ihya ulumuddin, 
maka Allah membukakan (hijab/ilmu) untuknya dan mendapatkan karunia ma'rifat billah, 
maka jadilah beliau PembesarUlama, Ahli ilmu bathin dan Dhohir. semoga Allah merahmatinya



.ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻴﺎﻓﻌﻲ : ﺭﻭﻳﻨﺎ ﺫﻟﻚ ﺑﺎﻷﺳﺎﻧﻴﺪ ﺍﻟﺼﺤﻴﺤﺔ ﻓﺄﺧﺒﺮﻧﻲ ﺑﺬﻟﻚ ﻭﻟﻲﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﻭﻟﻲﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻦ ﻭﻟﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻜﺒـﻴﺮ ﺍﻟﻘﻄﺐ ﺷﻬﺎﺏ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺃﺣﻤﺪ ﺑﻦﺍﻟﻤﻴﻠﻖ ﺍﻟﺸﺎﺫﻟﻲ, ﻋﻦ ﺷﻴﺨﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻜﺒـﻴﺮ ﺍﻟﻌﺎﺭﻑ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻳﺎﻗﻮﺕ ﺍﻟﺸﺎﺫﻟﻲ, ﻋﻦﺷﻴﺨﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻟﻜﺒـﻴﺮ ﺍﻟﻌﺎﺭﻑ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺑـﻲ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺍﻟﻤﺮﺳﻲ, ﻋﻦ ﺷﻴﺨﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦﺍﻟﻜﺒـﻴﺮ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﺸﻴﻮﺥ ﺃﺑـﻲ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺸﺎﺫﻟﻲ ﻗﺪﺱ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻌﺎﺻﺮﺍً ﻻﺑﻦﺣﺮﺯﻫﻢ ﻗﺎﻝ : ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻟﺸﺎﺫﻟﻲ : ﻭﻟﻘﺪ ﻣﺎﺕ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﺑﻦ ﺣﺮﺯﻫﻢ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻮﻡ ﻣﺎﺕ ﻭﺃﺛﺮ ﺍﻟﺴﻴﺎﻁ ﻇﺎﻫﺮ ﻋﻠﻰﻇﻬﺮﻩ.


Dan Imam al-yafi'i berkata: telah meriwayatkankepada kami cerita ini dengan sanad yang sohih, dan telah mengabarkan kepadaku mengenai hal ini Wali Allah dari Wali Allah dari Wali Allah Asy-syeikh Al-Kabir Al-Quthub Syihabuddin Ahmad bin Al-maliiq Asy-Syadzili, dari gurunya Syaikh Kabir Al-Arif Billah Yaquut Asy-Syadzili, dari gurunya As-Syaikh Al-Arif billah Abil Abbas Al-Mursiy, dari gurunya As-Syaikh Kabir,gurunya para guru Abil Hasan Asy-Syadziliy: dan telah meninggal Asy-Syaikh Abul Hasan ibnu Hirzihim Rahimahullah, sedangkan di hari wafatnya bekas cambuk masih nampak dipunggungnya.


Sumber :
ﻛﺘﺎﺏ ﺗﻌﺮﻳﻒ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ﺑﻔﻀﺎﺋﻞ ﺍﻻﺣﻴﺎﺀ تأليف عبدالقادر العيدروس باعلوي.
Share:

PENTINGNYA SABAR MENGHADAPI TIPU DAYA ORANG DENGKI


Penyair Abdullah bin al-Mu'tazz berkata:


اصبر على كيد الحسود *** فإنّ صبرك قاتله

Bersabarlah menghadapi tipu daya orang yang dengki
Karena kesabaranmu akan membunuhnya



كالنّار تأكل بعضها *** إن لم تجد ما تأكله

Laksana api yang akan menghabisi dirinya
Jika tidak menemukan sesuatu yang akan dihabisinya
Share:

Jumat, 26 Februari 2016

AMALAN AGAR ANAK BERBAKTI

Faidah


Diantara amalan mujarab supaya anak berbakti kepada orangtua dan diberi keberkahan :
Letakkan telapak tangan diatas kepala anak kemudian ucapkan :

البرُّ 7x
الرّقيب 7x
الشهيد 7x

lalu surat Al-Qodr 1x.


Kemudian telapak  tangan diusapkan dari ubun-ubun anak ke arah belakang.


Cara ini telah digubah menjadi bentuk nadzm syair oleh al-Habib Muhammad bin Hasan al-Haddad supaya mudah diingat..


فائدةٌ للطّفلِ مِمَّا جُرِّبَا *** بِها يكونُ بارًا مٌحَبَّبَا
قُلْ واضعًا كفًا على رأسِ الوليدْ *** البرُّ (سبعًا) والرّقيبُ والشهيدْ
وتَقرأُ (القدرَ) وكفًّا مَرِّرَا *** تَبدأُ من نَاصِيَةٍ إلى الورا
فاعمَلْ بها تُعْطَ البَنينَ البَررهْ *** وَادْعُ لِمنْ نَظمَها بالمَغفِرهْ ْ
Share:

KAEDAH MODERASI

قواعد الاقتصاد والتوسط
Kaidah Moderasi



واعلم أنه قد يخفى حد الاقتصاد في الأمور ويعسر الوقوف على الوسط منها إلا على أرباب البصائر في الدين الراسخين في العلم واليقين.

فمن أشكل عليه شيء من ذلك فعليه بالرجوع إليهم. فإن أعوزه وجودهم كما هو الغالب في هذا الزمان فعليه بالتوقف والتثبت حتى يتبين له الصواب.

الفصول العلمية والأصول الحكمية للحبيب عبد الله بن علوي الحداد الحضرمي الشافعي، ٦٧.
Share:

Taqwa dan Rizki

Imam al-Syafi`i –rahimahullah- berkata:


TENTANG TAQWA DAN RIZQI


عليك بتقوى الله ان كنت غافلا *** يأتيك بالارزاق من جيث لاتدري
Engkau wajib bertaqwa kepada Allah, jika engkau lalai.
Allah akan berikan rizqi kepadamu tanpa engkau mengetahuinya.

فكيف تخاف الفقر والله رازقا *** فقد رزق الطير والحوت في البحر
Bagaimana mungkin engkau takut fakir, padahal Allah Yang Maha 
Pemberi rizqi.
Allah telah beri rizqi kepada burung dan ikan di dalam laut.

ومن ظن ان الرزق يأتي بقوة *** مـا أكـل الـعصفـور مـن النسـر
Siapa yang menyangka bahwa rizqi datang dengan kekuatan.
Pastilah burung pipit tidak dapat makan dari burung elang.

نزول عـن الدنـيا فـأنك لا تدري *** أذا جن ليل هل تعش الى الفجر
Keluar dari dunia ini, sesungguhnya engkau tidak mengetahuinya.
Apabila malam telah larut, apakah engkau akan hidup hingga fajar.

فكم من صحيح مات من غير علة *** وكم من سقيم عاش حينا من الدهر
Berapa banyak orang sehat mati tanpa sakit (terlebih dahulu).
Dan berapa banyak orang sakit, akan tetapi umurnya masih panjang.
Share:

Kategori Artikel