Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Rabu, 13 Juli 2016

Menikah itu Mudah

Menikah mudah

Di dalam kitab Al Mukhtar fii shuhbatil akhyar, disampaikan nasehat tentang pernikahan. Sesungguhnya pernikahan itu mudah tetapi diri kita sendirilah yang terkadang membuatnya menjadi sulit. Jika seseorang menyukai perempuan, janganlah mengajaknya berpacaran. Jika seseorang mengajak seorang wanita untuk berpacaran, ketahuilah bahwa dirinya melakukan hal yang salah. Wanita yang mau untuk diajak berpacaran bukanlah wanita yang dapat menjaga kehormatannya. Jika seorang laki-laki menyukai seorang wanita maka yang harus dilakukan adalah melamarnya. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki sejati. Ajaklah orang tua atau keluarga untuk datang melamar sang wanita. Diterima atau tidaknya itu tergantung bagaimana seorang laki-laki memberi pertanggungjawaban kepada orang tua sang wanita yang ingin dinikahinya. Terkadang orang tua jika ingin anaknya menikah seakan tidak memberi izin tetapi sebenarnya orang tua tersebut ingin melihat seberapa besar kesiapan anaknya dalam bertanggung jawab terhadap wanita yang akan dinikahinya.
Sesungguhnya seseorang yang sudah menikah akan menjadi lebih dewasa walaupun dalam hal umur masih muda. Seseorang yang masih muda akan lebih dewasa pemikirannya dibandingkan dengan seseorang yang sudah lebih tua tetapi belum menikah. Zaman sekarang banyak diproklamirkan untuk dilarang menikah di umur muda, namun sesungguhnya orang tua dan kakek-kakek mereka terdahulu menikah dalam umur yang muda. Ketahuilah sesungguhnya pemikiran ini diambil dari pemikiran barat. Disana tidak ada yang menikah dalam usia muda. Sebagian besar mereka menikah di usia tua, namun mereka sengaja menyembunyikan kenyataan pahit bahwa dari sejak usia muda mereka telah tinggal dengan pasangannya dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan. Dan ini adalah bentuk khianat yang menghancurkan generasi muda kita.
Seseorang yang beriman tidak akan takut mengarungi hidup dalam pernikahan.
Kemudian mereka (orang barat) juga memproklamirkan bahwasannya cukup mempunyai dua anak. Nabi SAW bersabda : “Menikahlah dan perbanyaklah keturunan. Saya akan membanggakan jumlah kalian yang banyak di hari kiamat nanti.” Namun zaman sekarang terdapat pemikiran bahwasanya cukup mempunyai dua anak saja, entah pemikiran ini datang darimana. Ironisnya banyak orang yang setuju dengan pemikiran ini dibandingkan dengan hadist Rasulullah SAW. Pemikiran dan adat kita sudah banyak di rusak oleh pemikiran dan adat barat. Mengambil dari orang yang menyimpang dari ajaran Allah yang padahal sesungguhnya kita tidak butuh dengan adat dan pemikiran itu. Kita mempunyai kekayaan dalam adat istiadat yang baik dan janganlah kita gadaikan kekayaan itu hanya untuk berhutang kepada orang lain.
Rasul SAW bersabda: “Seorang wanita itu dinikahi laki-laki karena kecantikannya, kekayaannya, kehormatannya dan agamanya”. Banyak seorang laki-laki mencari wanita yang sangat cantik namun terkadang laki-laki ini tidak sadar akan dirinya yang tidak sejelas dengan mimpinya. Satu hal yang perlu disadari kecantikan itu hanyalah sementara, jika kita hanya sekedar mencari kecantikan ketahuilah kecantikan itu hanya sementara dan akan berakhir. Secantik apapun wanita pasti ada kekurangan pada dirinya namun terkadang kita hanya melihat luarnya saja tetapi tidak melihat dalamnya.
Dua hal yang harus diperhatikan jika seorang lelaki ingin memiliki seorang istri yang cantik sempurna. Pertama adalah Al Qana’ah yaitu merasa cukup. Jika seseorang sudah merasa cukup maka sesungguhnya ialah orang yang paling kaya, apapun yang ia miliki adalah yang terbaik dan lebih dari yang lainnya. Kedua adalah menjaga mata dari pandangan yang haram. Seseorang yang tidak menjaga pandangannya, jika ia melihat wanita yang ia sukai, wanita itu terlihat cantik. Namun, ketika ia menikah, ia akan melihat kekurangan dalam diri istrinya yang cantik, kemudian ia merasa wanita diluar terlihat lebih cantik dari istrinya dan begitu seterusnya. Hal ini bukan karena sang istri yang tidak menarik tetapi karena laki-laki ini tidak bisa menjaga pandangannya. Dan sungguh jikalau ia menikahi wanita di seluruh dunia ia akan tetap menyukai yang haram. Maka jagalah mata dari pandangan yang haram maka niscaya kita akan merasa istri kita adalah istri yang tercantik di seluruh dunia.
Diantara salah satu hikmah Allah memerintahkan para wanita menutup auratnya dan melarang laki-laki melihat wanita yang bukan mahramnya adalah demi kebaikan wanita itu sendiri. Sebab ketika laki-laki tidak melihat kecuali isterinya saja maka dimatanya tidak ada yang cantik kecuali hanya istrinya. Kerena dia tidak pernah mengetahui kecantikan dan kelebihan wanita selain isterinya.
Seorang laki-laki terkadang memperisterikan seorang wanita karena kekayaannya. Cara memandang seperti ini adalah cara memandang yang salah. Jika mencari istri sebab kekayaannya ketahuilah bahwa sesungguhnya yang menafkahi itu suami bukanlah istri. Jadi untuk apa kita mencari seorang istri yang kaya dan meninggalkan yang miskin jikalau kita juga yang harus menafkahinya?!.
Seorang laki-laki terkadang mencari istri dari keluarga terhormat, namun belum tentu ia memiliki sifat yang terhormat. Zaman sekarang banyak yang mencari istri dengan melihat kecantikan, kekayaan dan kehormatan tetapi mencari isteri dengan kriteria keteguhan dalam berpegang agamanya adalah kreteria yang paling terakhir. Nabi SAW bersabda, “Carilah wanita yang berpegang teguh terhadap agamanya, maka engkau tidak akan pernah rugi untuk selamanya”. Kecantikan yang hakiki adalah ketakwaan kepada Allah SWT dan kehormatan seorang istri adalah ketakwaannya kepada Allah SWT. Sesungguhnya tidaklah susah untuk mencari seorang istri yang bertaqwa tetapi terkadang seseorang banyak menaruh pilihan terhadap wanita.
Tujuan pernikahan bukan hanya sekedar membangun rumah tangga tetapi pasanglah niat. Diantara niatnya adalah agar tumah tangga kita dibanggakan oleh Rasulullah SAW. Al Imam As Syekh Ali bin Abi Bakar As Sakran, beliau menulis niat-niat dalam pernikahan yang sangat banyak dan diantaranya niatnya adalah agar pernikahannya dibanggakan Nabi SAW. Diantara niatnya juga adalah jika Allah meridhoi, beliau ingin mempunyai tabungan di akhirat yaitu mempunyai anak dan anaknya meninggal sebelum umurnya baligh. Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab yang sewaktu muda belajar dengan Habib Abdurrahman Al Masyhur, ketika akan menikah beliau datang kepada Habib Abdurrahman Al Masyhur untuk dibacakan niat Asy Syekh Ali bin Abi Bakar As Sakran.
Hendaknya dari pihak wanita (orang tua atau keluarga) ketika anaknya ingin dilamar, maka janganlah menahannya dengan berbagai hal. Sebagaimana seorang laki-laki memilih perempuan yang beragama maka demikian juga seorang wanita ketika dilamar, terimalah suami karena agamanya sebab ketakwaan adalah pondasi segalanya. Ketakwaan seorang suami akan mendorongnya untuk membahagiakan istrinya dan mendorongnya untuk bertanggungjawab.
Seorang wanita tidak dilarang mempunyai karir yang tinggi, tetapi karir yang tinggi bukanlah segalanya. Ketika karir runtuh, maka ia akan kembali kepada keluarganya. Jangan menyalahartikan kalimat ta’aruf yang sesungguhnya untuk berpacaran. Hal ini menodai islam. Janganlah juga membuat acara pernikahan yang berlebihan dengan alasan karena acara pernikahan diadakan seumur hidup sekali, bahkan di dalamnya terdapat hal-hal yang di haramkan oleh Allah dengan bercampurnya laki-laki dan perempuan. Seharusnya karena seumur hidup sekali maka jadikan hal ini penuh dalam keberkahan.
Di kota Tarim Hadromaut, jika ingin menemui Auliya berkumpul secara bersamaan dalam jumlah besar di sana susah. Tetapi kita bisa temui mereka kumpul menjadi satu dalam acara pernikahan. Para awliya di kota Tarim berkumpul menjadi satu dalam acara pernikahan karena ketika mereka hadir dalam acara pernikahan, mereka mencari dan memata-matai keberkahan dan dikabulkannya doa pada acara pernikahan. Mengapa? sebab tidak terdapat keharaman dalam acara pernikahan mereka. Ada marawis dan semua yang meriah ada di acara pernikahan mereka, dan sedikitpun tidak ada perkara haram.
Yaa Allah bittaufiq. Mudah-mudahan kita semua diberi jodoh yang bagus dan diberi kemudahan oleh Allah untuk menjauhi hal-hal yang haram.
Oleh: Al-Habib Ahmad bin Novel bin Jindan, Pengasuh Majelis Rasulullah SAW Jakarta, dalam Pembahasan kitab Al Mukhtar Fii Shuhbatil Akhyar
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel