Allah berfirman, الرَحمن عَلىَ العَرشٍ اسْتَوَى apa bisa ayat ini diartikan Allah itu ada di atas Arasy? Lantas bagaimana dengan sifat Allah yang قيامه بنفسه ? Berikut penjelasannya.
Menurut Ahlusunah wal Jamaah, istiwâ’ ‘alal-‘Arsyi adalah sifat Allah yang tidak diketahui bentuk dan bagaimana gambarannya, yang mana seorang yang mukmin wajib iman akan sifat Allah tersebut. Dan tentang istiwa’-nya Allah itu tidak ada yang tahu, kecuali Allah sendiri.
Jadi menurut Ahlusunah wal Jamaah dari golongan ulama salaf, istiwâ’ ‘alal-‘Arsyi itu adalah salah satu sifat Allah yang bilâ kayfin, artinya tidak bisa dibayangkan dan digambarkan, dan untuk pengertian istiwâ’ di sini kita serahkan pada Allah. Kita tidak perlu memikirkan atau membayangkannya.
Sedangkan menurut Ahlusunah dari golongan ulama khalaf, ada yang mengartikan istiwâ’ ‘alal-‘Arsyi adalah istaulâ ‘alal-‘Arsyi, yaitu “menguasai Arasy”. Dalam penyebutan al-Qur’an itu kok Arasy yang dikuasai Allah, sedangkan lainnya tidak disebut? Karena Arasy itu adalah makhluk ciptaan Allah yang paling besar.
Disebutkan dalam Tafsîr al-Khâzin, menurut Imam al-Baihaqi dari Abil Hasan al-Asy’ari, bahwa Allah mengerjakan suatu pekerjaan di Arasy diberi nama istiwâ, seperti halnya Allah mengerjakan sesuatu di lain Arasy diberi nama rezeki, nikmat, dan lain-lainnya.
Maka kesimpulannya, firman Allah: الرحمن على العرش استوى menurut kedua ulama Ahlusunah, yakni ulama salaf dan ulama khalaf, adalah menunjukkan Allah tetap bersifat Qiyâmuhu bi-nafsihi (berdiri dengan Dzat-Nya sendiri). Wallâhu a’lam bish-shawâb.
0 komentar:
Posting Komentar