Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Sabtu, 02 Januari 2016

Kisah Ulama Yang tuli

KISAH NYATA ULAMA YANG TULI,

Kisah Syaikh Hatim Al-‘Asham :
Kisah nyata ulama yang tuli ini bernama Syaikh Abdurrahman Hatim Ibn Alwan, beliau merupakan salah satu ulama besar di Khurasan pada zamannya, diantara gurunya adalah Syaikh Syaqiq. Syaikh Abdurrahman dikenal dengan julukan Hatim Al-‘Asham yang artinya Hatim si tuli. Julukan ini diperolehnya bukan karena beliau benar-benar tidak bisa mendengar atau tuna rungu, melainkan karena menjaga kehormatan seorang wanita. Selain ulama besar dan juga seorang sufi, Syaikh Hatim Al-‘Asham juga seorang yang lembut, sopan dan juga sangat dermawan.
Kisahnya ini berawal saat suatu hari Syaikh Hatim kedatangan tamu seorang wanita. Maklum, seorang Ulama besar seperti beliau menjadi tempat bertanya bagi umat dalam berbagai urusan, terutama urusan Agama. Setelah masuk rumahnya, wanita yang mau bertanya ini hendak duduk, namun tanpa disangka si wanita kentut dengan suara yang cukup keras. Seketika itu mukanya memerah dan menjadi salah tingkah. Bisa kita bayangkan, jika ada seorang wanita yang bertamu kepada seorang ulama besar dan ulama kharismatik, tiba-tiba kentut dengan suara nyaring?? mungkin dengan tidak sengaja atau keceplosan. OMG.. Betapa malunya, betapa merah mukanya dan mungkin akan tercabik harga dirinya. Kita juga mungkin suka menertawakan teman yang kentut dengan menunjuk mukanya sambil terpingkal-pingkal hehe… .
Namun apa yang dilakukan Syaikh Hatim ketika seorang wanita baik-baik yang bertamu ke rumahnya kemudian kentut dengan suara yang cukup keras?. Ulama yang mulia ini pura pura tuli, beliau sangat mengerti perasaan wanita, beliau tidak mau membuat malu wanita tersebut. Beliau malah berkata: “Coba bicara lebih keras lagi, saya tidak bisa dengar suara kamu”, saat Syaikh Hatim berpura-pura tuli seperti itu si wanita merasa lega, semua seakan mencair, mukanya yang merah kembali segar. Dalam hatinya ia bergumam “Ternyata Syaikh ini agak tuli”. Setelah itu si wanita berbicara dengan nada yang cukup keras dan Syaikh Hatim berbicara dengan cukup lantang juga.
Syaikh Hatim menutup aib wanita

Dalam beberapa literatur kitab klasik disebutkan bahwa sejak saat itu Syaikh Hatim dikaruniai Allah kemampuan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang dalam hati. Setiap orang yang bergumam dalam hati dihadapannya bisa ia dengar. Itulah salah satu karamah Beliau karena menutupi aib seorang muslim. Inilah salah satu amal ikhlas yang mungkin dianggap amal yang sepele.  Karena amal yang ikhlas walaupun tampak sepele, Allah mengangkat seseorang menjadi wali-Nya.
Sejak peristiwa tersebut, nama Al-‘Asham melekat pada Syaikh Hatim. Wanita itu masih hidup selama 15 tahun sejak peristiwa tersebut, selama itu pula Syaikh Hatim Al-‘Asham berpura-pura tuli demi menjaga kehormatan dan nama baik wanita tersebut. Selama 15 tahun pula tidak ada yang menceritakan pada wanita tersebut bahwa pendengaran Syaikh Hatim sebenarnya normal-normal saja.
Cerita ini juga mulai tersebar setelah si wanita meninggal. Syaikh Hatim menetap cukup lama di kota Baghdad, Irak dan wafat di kota ini tepatnya di daerah Wasyjard dekat Tarmidz pada tahun 237 H atau 852 M. Semoga Beliau selalu dilimpahi rahmat dan maghfirah Allah dan semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran dari kisah nyata ulama yang tuli, Syaikh Hatim Al-‘Asham. 😊😊😊

ﻣَﻦْ ﻧَﻔَّﺲَ ﻋَﻦْ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮَﺏِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻧَﻔَّﺲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻛُﺮْﺑَﺔً ﻣِﻦْ ﻛُﺮَﺏِ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺴَّﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﻌْﺴِﺮٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻳَﺴَّﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﺘَﺮَ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺳَﺘَﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﻓِﻲ ﻋَﻮْﻥِ ﺃَﺧِﻴﻪِ
“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.” (HR. Tirmidzi)

Share:
Lokasi: Banda Aceh, Banda Aceh

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel