Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Jumat, 08 April 2016

IMAM ATHO’ BIN ABI ROBAH

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
:السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

🌴
Dia adalah hamba sahaya dari bangsa kulit hitam (Habsyi),
dari seorang perempuan kaya di Makkah.
sejak kecil telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cahaya Iman dan Ilmu.
Dalam kehidupannya hanya ada tiga waktu:
menyelesaikan semua kewajibannya untuk gusti perempuannya,
beribadah kepada Rabb-nya, dan
menyelami sumber ilmu para sahabat Nabinya,
Dia banyak mengambil ilmu dari sahabat :
Abu Hurairah Radhiallahu anhu,
Ibnu Umar Radhiallahu anhu,
Ibnu Abbas Radhiallahu anhu,
Ibnu az-Zubair Radhiallahu anhu,
dan beberapa sahabat Nabi yang lain,
hingga hatinya penuh akan ilmu dan hikmah.
🌴
Keikhlasan dan ketulusan Atho’ dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, membuat hati sang gusti perempuan rela memerdekakannya, dengan berharap agar Alloh Subhanahu wa Ta'ala menjadikan Atho’ bermanfaat bagi Islam dan msulimin.
Sejak itu, Atho’ tidak pernah keluar dari Masjidil Harom, hanya beribadah, menyelami lautan ilmu dan hikmah, untuk lebih mendekatkan dirinya kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Dikatakan:
Bahwa Masjidil Harom menjadi tempat ibadah Atho’ bin Abi Robah selama 20 tahun.
🌴
Kemuliaan dan ketinggiannya dalam pangkat ibadah dan ilmu tidak diragukan lagi, hampir tidak ada yang menandinginya, dan dikatakan: “Tidak boleh ada yang berfatwa di tempat ini (Makkah)
kecuali Atho’ bin Abi Robah”.
Semua itu didapatinya karena dua perkara :
bersungguh-sungguh dalam meninggalkan kenikmatan dunia, serta bersungguh-sungguh dalam meninggalkan hal yang tidak berguna untuk akhiratnya.
🌴
Kenikmatan dunia selalu datang menghampirinya,
tetapi Atho’ selalu berpaling dan menjauh darinya,
hal tersebut tampak dari baju gamis yang dipakainya,
harganya tidak lebih dari lima dirham.
🌴
Para khalifah (raja) mengundang Atho’ untuk datang ke singgasananya, dan bahkan Atho’ dikunjungi oleh Para khalifah tersebut,
tapi Atho’ enggan untuk memenuhi undangan tersebut atau menemui para khalifah tersebut, jika tidak berhubungan dengan kemasalahatan islam dan muslimin.
Hal tersebut dilakukan karena Atho’ sangat khawatir dengan fitnah harta dan dunia pada Agamanya.
🌴
Utsman bin Atho’ al-Khurasaniy berkata :
Suatu hari aku ikut ayahku menuju singgasana khalifah
Hisyam bin Abdil Malik (salah satu khalifah bani umayyah),
ketika kami sampai kota Damsyq,
kami bertemu dengan orang tua yang menunggangi keledai hitam,
dia memakai baju gamis kasar dan jubah yang sudah kusut,
dengan kopyah di kepalanya, dia duduk di pelana yang terbuat dari kayu, ketika melihatnya aku tertawa, dan bertanya pada ayahku:
"Siapakah orang ini ayah?"
Ayahku berkata:
"Diam!
Beliau adalah Gusti para ulama’ Hijaz".
Ketika sudah dekat dengan kami, dia turun dan berpelukan dengan ayahku, lantas kami pun bersama-sama menuju singgasanah khalifah.
🌴
Ketika kami sampai di pintu singgasana dan Khalifah mengethahui akan kedatangan kami, khalifah bergegas menyambut kami tiada lain karena diantara kami ada Imam Atho’-,
“Selamat datang, selamat datang” sambut khalifah.
“Mari duduk disini wahai Abu Muhammad” [julukan bagi Imam Atho’] …
lalu khalifah mempersilahkan Imam Atho’ duduk bersanding dengannya di kursi khalifah, sedangkan orang-orang yang lain duduk dibawah…
🌴
“Adakah keperluan yang harus aku penuhi wahai Abu Muhammad?" Khalifah memulai pembicaraan,
Imam Atho’ pun mengutarakan semua keperluannya kepada Khalifah Hisyam.
Aku mendengarkan semua yang diutarakan oleh Imam Atho' dan
semua keperluannya tidak ada satupun yang menyangkut dirinya,
akan tetapi adalah keperluan untuk muslimin, dari gaji para tentara penjaga perbatasan Negara, zakat untuk faqir-miskin, perlakuan baik kepada ahludz dzimmah, dan pada akhirnya Imam Atho’ berkata:
“Bertaqwalah engkau kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam dirimu wahai amirul mu’mini!,
dan ketahuilah bahwa engaku diciptakan dalam keadaan sendirian,
dan akan mati sendirian,
dan kelak akan dihidupkan kemabali dalam keadaan sendirian,
juga akan dihisab sendirian,
Demi Allah orang-orang yang engkau lihat ini sekarang tidak akan bisa melindungimu kelak dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala”.
Khalifah Hisyam menundukkan kepalanya sambil menangis…
🌴
Lantas Imam Atho’ berdiri dan menuju keluar singgasana,
kamipun mengikutinya.
ketika kami sampai di pintu keluar,
seseorang mengikutinya dengan membawa kantong
yang saya tidak tahu apa isinya, dan berkata:
“Amirul Mu’minin mengirimkan ini untuk anda wahai Imam Atho’!”
Imam Atho’ berkata:
“Jauh sekali”, Imam Atho’ lalu membaca ayat :

(وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ)

“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam”.
(QS. 26 Asy Syu'araa':109)

🌴
Lantas beliau pun pergi tanpa menerima kantong tersebut,
Demi Allah Imam Atho’ masuk kepada khalifah lalu keluar darinya tanpa meneguk segelas air dari suguhan khalifah.

📝 Selamat meneladani Akhlaq dan Ahwal para Ulama’ Salaf.

Semoga bermanfaat
Silahkan share

📙 Referensi:
1. At-Thobaqot al-Kubro libni Sa'd.
2. Hilyatul Auliya' li Abi Nu'aim.
3. Shifatus Shofwah libnil Jauzi.
4. Wafayatul A'yan libni Khallikan.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel