Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Rabu, 15 Maret 2017

Kemuliaan Orang Tua Nabi



Imam Abu Hasan Al-Mawardi menjelaskan di dalam kitabnya A’lam An-Nubuwwah bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dari pernikahan yang terbaik, menjaganya dari kotoran perzinaan, mengalihkan dari tulang-tulang punggung suci ke rahim-rahim suci pula. Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu ketika menafsirkan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
{الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (218) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (219)} [الشعراء : 218-219]
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang). Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud”. (Quran Surat Asy-Syu’ara: 218-219)
Yaitu pergerakanmu dalam tulang-tulang punggung suci, dari ayah ke ayah, hingga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikanmu seorang Nabi. Cahaya kenabian sudah ada di tulang punggung kakek-kakek Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam, selanjutnya kelahirannya tidak disertai oleh saudara lain karena pilihan berakhir padanya agar nasabnya yang berujung pada kenabian khusus untuk beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam dan tidak disertai oleh yang lain. Karena itulah kedua orangtua Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam meninggal saat beliau masih kecil. Ayah Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam meninggal saat beliau masih di dalam kandungan kemudian disusul ibunya yang meninggal saat beliau berusia 6 tahun. Setelah anda mengetahui kondisi nasab Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam, anda akan tahu silsilah kakek-kakek Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam adalah silsilah mulia, tidak ada satupun yang hina, mereka semua pemimpin, memiliki nasab mulia dan suci sebagai salah satu syarat kenabian.
Lihatlah saudaraku bagaimana sahabat Nabi yang bernama Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu menafsirkan ayat Al-Quran terkait kemuliaan nasab kedua orangtua Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam hingga kepada kakek-kakek beliau shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam.
Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu adalah sahabat yang dikenal dengan julukan “Bapak Ahli Tafsir”, pakarnya ahli tafsir Qur’an diantara ahli-ahli tafsir dari golongan para sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Hal ini berkat doa mulia Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu;
اللهم فقهه فى الذين و علمه في التأويل
ALLOHUMMA FAQQIHHU FID DIN WA ‘ALLIMHU FIT TA’WIL
“Ya Allah, berikan dia (Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu) keahlian dalam agama-Mu, dan ajarilah ia tafsir kitab-Mu.”
Demikian doa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam sehingga Allah subhanahu wa ta’ala karuniakan ilmu yang luas kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu yang tidak dimiliki oleh sahabat-sahabat Nabi lainnya.
Coba renungkan, apakah masuk akal bila tiba-tiba ada segolongan minoritas dari ummat di akhir zaman ini gembar gembor di berbagai media, radio, tv, website, dll bahwa orangtua atau ayah ibu Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa sallam adalah Musyrik, Kafir, dan Ahli Neraka.
Apakah masuk akal jika Allah subhanahu wa ta’ala menyimpan dan menitipkan ruh suci bersih Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam di tulang punggung orang-orang musyrik dan kafir dan rahim wanita-wanita musyrik dan kafir, sementara Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ} [التوبة : 28]
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis” (Quran Surat At-Taubah: 28).
Apakah masuk akal jika Sayyidina Muhammad shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam yang suci dan bersih justru terlahir dari pasangan musyrik yang najis sebagaimana dituduhkan oleh golongan minoritas dari umat ini? Tidak kah mereka mendengar firman Allah subhanahu wa ta’ala di atas?
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam bersabda,
“Aku adalah yang terbaik nasab dan ayahnya diantara kalian” (Hadits Riwayat Baihaqi)
Dalam riwayat lain Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam bersabda,
“Kabilah dan rumahku yang terbaik diantara kalian” (Hadits Riwayat Hakim)
Kemudian dari Ibnu ‘Abbas radhiyallohu ‘anhu, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam bersabda,
“Ada apa dengan sekelompok kaum yang mencela asal usulku, demi Allah asal usul dan tempatku yang terbaik diantara kalian” (Hadits Riwayat Thabari dan Bazzar)
Sebenarnya masih banyak lagi penjelasan lainnya, tetapi ini sudah lebih dari cukup untuk membantah golongan minoritas yang suka usil. Lalu, siapakah yang anda ikuti duhai saudaraku. Ikut Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya serta sahabat Nabi dan “Bapak Ahli Tafsir”? Atau ikut golongan minoritas umat akhir zaman, Ustadz-Ustadz Doktor lulusan ini dan itu?

(Disarikan dari Al-Hujaj Al-Wadhihat fi Najat Al-Abawain wa Al-Ajdad wa Al-Ummahat buah karya mulia As-Sayyid Ishaq Azuz Al-Hasani Al-Makki, yang dialihbahasakan oleh Muhammad Ahmad Vad’aq)
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel