Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Kamis, 30 Maret 2017

KEMULIAAN BULAN RAJAB




اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَـعْبَانَ وَبَلِّـغْنَا رَمَضَانَ

“Ya Allah, berkatilah kami (limpahkanlah kasih sayang kepada kami) dalam bulan Rejab dan Syaaban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

1 – Apa Maksud ‘Rejab’?

‘Rejab’ bererti keagungan, kerana bulan ini diagungkan oleh Allah s.w.t.

2 – Mengapa Bulan Ini Diagungkan?

Ini kerana ia termasuk dalam 4 bulan suci dan mulia yang diharamkan berperang atau bersengketa dalam Islam. Bulan ini adalah bulan aman, damai dan selamat. Seperti firman Allah s.w.t yang bermaksud;

_“Sesungguhnya, bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan, (sepertimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan suci tidak boleh berperang di dalamnya (Zulkaedah, Zulhijjah, Muharram, Rejab). Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu…”_
Surah at-Taubah:36

3 – Adakah Terdapat Peristiwa Penting Dalam Bulan Rejab?

Ya. Antara peristiwa penting yang berlaku dalam bulan Rejab ialah peristiwa Israk dan Mikraj pada 27 Rejab. 

Juga berlakunya Perang Tabuk, peperangan terakhir yang disaksikan oleh Rasulullah s.a.w.
Selain itu, pada bulan Rejab juga berlakunya hijrah pertama dalam Islam.

4 – Apa Yang Boleh Dilakukan Dalam Bulan Rejab?

Digalakkan kepada kita umat Islam untuk memperbanyakkan berzikir, istighfar, berpuasa, bersedekah serta melakukan amal kebajikan dalam bulan Rejab.

Juga digalakkan untuk kita melazimkan doa berikut;

“Ya Allah, berkatilah kami (limpahkanlah kasih sayang kepada kami) dalam bulan Rejab dan Syaaban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.”

5 – Apa Keistimewaan Bulan Ini?

Di antara keistimewaan bulan ini, malam pertama bulan Rejab adalah malam dikabulkan doa sepertimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud;

_“Lima malam doa tidak ditolak, iaitu malam pertama bulan Rejab, malam Nisfu Sya’ban, malam Jumaat, malam Hari Raya Eidulfitri, malam hari raya Eiduladha.”_
Hadis Riwayat Al-Baihaqi.

6 – Adakah Terdapat Ayat Al-Quran Yang Menyebut Mengenai Bulan Rejab?

Al-Quran tidak menyebut secara terperinci mengenai bulan Rejab dan kelebihannya. Akan tetapi terdapat dua surah al-Quran yang menyebut mengenainya secara tidak langsung, iaitu surah al-Baqarah ayat 194 dan 217 dan surah at-Taubah ayat 2, 36 dan 37.

Semoga perkongsian ini memberi manfaat kepada pembaca untuk mengenai keistimewaan bulan Rejab ini.

Bahkan, bulan Rejab ini juga menjadi penanda aras atau tanbih (ingatan) kepada umat Islam agar bersedia untuk menghadapi bulan Ramadan; bulan yang di dalamnya terdapat Lailatul Qadr, dan terkandung 1001 rahmat dan maghfirah (keampunan) daripada Allah s.w.t. Wallahua’lam.

Share:

Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits (Syahidah Pengumpul Quran)

Ummu Waraqah bintu Abdillah bin al-Harits bin ‘Uwaimir bin Naufal al-Anshariyah atau yang lebih dikenal dengan nama Ummu Waraqah bintu Naufal termasuk golongan pertama masuk Islam, ia masuk Islam saat pertama mendengarnya dengan ikhlas dan tanpa ragu-ragu. Selama hidupnya Beliau turut mengumpulkan Alquran al-Karim, banyak meriwayatkan hadits-hadits. Waraqah  pandai membaca, memahami, dan  menghafal Al-Qur'an dengan baik sehingga menjadi imam bagi muslimah dirumahnya yang sekaligus dijadikan sebagai masjid. Ummu Waraqah binti Abdillah adalah Syahidah yang dibunuh oleh dua budaknya di dalam Rumahnya sendiri.



Masuk islamnya Ummu Waraqah binti Abdillah



Ketika intimidasi kepada sahabat-sahabat Rasulullah SAW  semakin menjadi-jadi di Mekah, atas perintah Allah SWT,  Rasulullah SAW mengizinkan mereka hijrah ke Madinah. Dan beliaupun segera menyusul kesana. Kehadiran beliau SAW yang membawa risalah agung tersebut, sudah dinanti-nanti oleh  masyarakat Madinah yang berhati bersih dan ikhlas. Salah satu di antaranya adalah Waraqah binti Al Harits. Ia masuk Islam sejak pertama kali mendengarnya dan banyak meriwayatkan hadits-hadits. Maka layak masuk dalam kafilah assabiquunal  awwaluun, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah At Taubah : 100,



“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menjadikan bagi mereka syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai didalamnya. Mereka kekal didalamnya selama-0lamanya. Itulah kemenangan yang besar.”



Syukur dan takbir sambut kedatangan Nabi Muhammad SAW



Imam Ibnul Qayyim berkata, “Gema syukur dan takbir terdengar nyaring di seluruh pelosok kampung Bani ‘Amr bin ‘Auf. Takbir bergema di mana-mana, sebagai ungkapan rasa syukur. Penduduk Yatsrib serempak keluar dari rumah masing-masing  untuk menyambut kedatangan Rasulullah SAW dan mengucapkan shalawat sebagaimana yang diajarkan beliau SAW.



Mereka berdiri berjajar mengitari beliau, sementara beliau SAW tampak sangat tenang, dan wahyupun turun kepadanya,



" . . . Maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.“ ( QS.At Tahrim: 4)



Hari itu merupakan hari yang paling meriah yang dialami warga Madinah sepanjang sejarah.



Setelah sholat  Jum’at  Rasulullah SAW masuk ke kota Yatsrib, yang sejak hari itu dirubah namanya menjadi kota Madinah. Ummu Waraqah  termasuk salah seorang penduduk kota Madinah yang sangat bersyukur dan  berbahagia dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW. Kebahagian itu merasuk kerelung-relung hatinya. Karena kepribadian beliau SAW sudah lama didengar, dan risalahnya telah lama diimani.




Mukminah ahli ibadah



Hidayah Allah Ta'ala menembus relung hatinya yang terdalam. Imanpun menghujam kokoh dalam batinnya. Ummu Waraqah berbai’ah kepada Rasulullah SAW. Sejak saat tu, ia mulai menekuni ayat-ayat Allah ‘Azza wa Jalla dengan sungguh-sungguh. Waraqah tidak hanya pandai membacanya, melainkan juga memahami dan  menghafalnya dengan baik.



Lebih dari  itu, Ummu Waraqah pun berusaha menghimpun dan menuliskannya pada tulang, kulit, pelepah kurma dan lain-lain. Ia berhasil menghimpun ayat-ayat Allah 'Azza wa Jalla yang turun di rumahnya waktu itu. Setelah Rasulullah SAW wafat, dan Abu Bakar ra berencana menghimpun Al Qur’an, Ummu  Waraqah ditunjuk Khalifah untuk menjadi salah seorang rujukan penting bagi Zaid bin Tsabit sebagai pelaksana proyek.




Ummu Waraqah di mata Rasulullah SAW


Rasulullah SAW sangat menghormati Ummu Waraqah. Beliau kerap berkunjung ke rumahnya sebagai bentuk penghormatan. Beliau SAW juga mengangkat  seorang muazin yang sudah lanjut usia khusus untuknya. Atas saran Rasulullah SAW yang sangat memahami kebersihan dan kejernihan hatinya, Ummu Waraqah menjadikan rumahnya sebagai masjid. Dan ia sebagai imam khusus bagi kaum muslimah.



Wafatnya Ummu Waraqah binti Abdillah



Dia seorang wanita yang begitu berharap mendapat kemuliaan di negeri akhirat. Saat kaum muslimin bersiap untuk Perang Badar, Ummu Waraqah memohon izin kepada Rasulullah SAW untuk turut dalam peperangan.

“Wahai Rasulullah, izinkan saya pergi bersama kalian, agar saya bisa merawat orang yang sakit dan mengobati yang terluka. Mudah-mudahan dengan itu Allah SWT menganugerahiku mati syahid,” pintanya.



“Tinggallah di rumahmu! Sungguh Allah akan menganugerahimu mati syahid di rumahmu,” jawab Rasulullah SAW .



Ummu Waraqah pun taat dengan titah Rasulullah SAW .

Waktu terus bergulir. Tiba masa kaum muslimin diperintah oleh Amirul Mukminin, Umar ibnul Khaththab . Waktu itu, Ummu Waraqah seperti biasa, selalu shalat mengimami anggota keluarganya.



Namun suatu malam, tak terdengar bacaan Qur’annya dalam shalat. Oleh karena itu, paginya Amirul Mukminin berkomentar keheranan, “Demi Allah, semalam aku tak mendengar bacaan bibiku, Ummu Waraqah.”



Amirul Mukminin tak tinggal diam. Beliau segera mencari tahu keadaan Ummu Waraqah. Dimasukinya rumah Ummu Waraqah, tapi tak seorang pun tampak di situ.



Amirul Mukminin terus melangkah menuju kamar. Di salah satu sisi kamar, jasad Ummu Waraqah terbujur kaku bertutupkan selimutnya. Sementara budak laki-laki dan budak perempuan milik Ummu Waraqah yang tinggal bersama beliau di rumah tersebut tak lagi tampak batang hidungnya.



Ternyata, malam itu Ummu Waraqah dibunuh oleh sepasang budak miliknya dengan menutupkan kain selimut, hingga Ummu Waraqah mengembuskan napas yang terakhir. Padahal Ummu Waraqah selalu mendidik mereka berdua dan berlaku baik kepada keduanya. Hanya karena tidak sabar ingin segera mereguk napas kebebasan sebagaimana dijanjikan oleh sang tuan jika ia telah meninggal dunia, mereka pun tega berbuat demikian kepada wanita salehah ini. Setelah membunuh Ummu Waraqah, dua budak itu kabur.



Mengetahui kejadian tersebut, Amirul Mukminin mengatakan, “Telah benar Allah dan Rasul-Nya!” Beliau segera mengumumkan di hadapan manusia, “Sesungguhnya Ummu Waraqah telah dibunuh oleh dua budaknya. Sekarang mereka berdua kabur. Barang siapa melihat mereka, harus membawa mereka kemari!”



Kedua budak yang berkhianat dan melakukan perusakan di muka bumi dengan membunuh itu berhasil ditangkap. Mereka dihadapkan kepada Amirul Mukminin. Beliau pun menanyai mereka, dan mereka berdua mengakui perbuatannya.



Amirul Mukminin memutuskan agar dua budak ini disalib. Merekalah orang pertama yang disalib di negeri Madinah.




Hadits Ummu Waraqah Binti Abdullah Bin Al Harits Al Anshari



Hadits Ahmad 26022 - Menetaplah kamu di rumah karena sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla akan memberikan mati syahid kepadamu. Sementara wanita tersebut telah memberikan janji merdeka kepada budak wanita dan budak laki-lakinya setelah ia meninggal. Kemudian Ummu Waraqah tinggal sekian lama bersama kedua budaknya, namun kemudian, keduanya mendekapnya dgn kain tebal hingga ia pun meninggal. Kedua budak tersebut kemudian kabur, ketika Umar datang, diceritakanlah kejadian tersebut kepadanya, bahwa Ummu Waraqah telah dibunuh oleh budak laki-laki dan budak perempuannya, kemudian keduanya melarikan diri. Maka Umar pun berdiri di hadapan orang-orang dan berpidato, Sesungguhnya Rasulullah pernah mengunjungi Ummu Waraqah dan bersabda:



Berangkatlah kalian, kita akan mengunjungi As Syahidah (seorang perempuan yg mati Syahid), & sesungguhnya Fulanah & Fulan budak miliknya telah menutupinya dgn kain tebal, kemudian keduanya melarikan diri. Maka jangan ada satu orangpun yg melindungi mereka berdua, barangsiapa mendapatkan keduanya hendaklah ia bawa keduanya. Maka dibawalah keduanya & kemudian disalib, maka inilah awal mula orang yg disalib dalam Islam. [HR. Ahmad No.26022].



Hadits Ahmad 26023 - memerintahkan kepadanya untuk memimpin shalat keluarganya, ia mempunyai tukang adzan & ia menjadi imam di rumahnya. [HR. Ahmad No.26023].




Sumber:
- al-Ishabah, al-Hafizh Ibnu Hajar al-’Asqalani (8/489—490)
- al-Isti’ab, al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (2/601—602)

Share:

Minggu, 26 Maret 2017

Belajar Sunnah Nabi dari Imam Sayfuddin al-Amidi

Suatu malam Sayfuddin bermimpi berkunjung ke rumah Imam al-Ghazali. Dalam mimpi itu beliau seolah diberitahu untuk memasukinya dan melihat peti. Dia pun membukanya dan melihat jenazah Imam al-Ghazali. Lalu Sayfuddin menyingkap kafan yang menutupi wajahnya dan menciumnya.
Sayfuddin ini kelak dikenal dengan nama Imam Sayfuddin al-Amidi(1156-1233). Semula beliau mengikuti mazhab Hanbali sewaktu beliau masih kecil sesuai dengan lingkungannya saat itu. Kemudian beliau berguru pada Syekh Abul Qasim Ibn Fadlan yang bermazhabSyafi’iSayfuddin Amidi juga lebih cocok dengan aqidah Asy’ariyah. Maka jadilah beliau seorang ulama terkemuka dari Mazhab Syafi’iyang Sunni Asy’ari. Dari Baghddad, beliau pindah ke Mesir dimana beliau mendapati fitnah dari sebagian pihak yang menuduhnya sesat, kemudian beliau pindah ke Damaskus dan menulis kitab Ushul al-Fiqh yang sangat terkenal, yaitu kitab al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam. Kitab ini merangkum dan menjelaskan masalah dalil dan kaidah istinbath dari empat kitab utama: al-‘Amd, al-Mu’tamad, al-Burhan dan al-Mustasfa.
Nama Kitab terakhir, al-Mustasfa, merupakan karya Imam al-Ghazali. Inilah pengaruh mimpi spiritual Sayfuddin al-Amidi yang mencium jenazah Imam al-Ghazali. Beliau sendiri menuturkan:“selepas mimpi itu aku berkata pada diriku sendiri untuk mengambil perkataan Imam al-Ghazali. Kemudian dalam waktu singkat aku hafal isi kitab al-Mustasfa karya Imam al-Ghazali”.
Murid Imam al-Amidi yang sangat terkenal adalah Syekh Izzudin Abdus Salam. Beliau berkata tentang gurunya: “Tidak saya pelajari kaidah-kaidah pembahasan kecuali dari Imam al-Amidi.” Atau di kesempatan lain, “Tidak saya dengar pengajaran yang paling bagus mengenai kitab al-Wasitnya Imam al-Ghazali seperti yang disampaikan oleh Imam al-Amidi” dan ungkapan-ungkapan senada lainnya yang mengagumi Imam al-Amidi. Syekh Izzudin ini pada masanya digelari Sulthan-nya ulama.
Salah satu pembahasan penting dalam kitab ushul al-fiqh karya Imam al-Amidi adalah mengenai kedudukan Sunnah Nabi. Beliau mengemukakan bagaimana para pakar Ushul al-Fiqh berbeda pandangan mengenai perbuatan Nabi yang menjadi dalil syar’i. Kemudian beliau memaparkan pandangannya.
Pertama, perbuatan Nabi yang merupakan hal biasa yang dilakukan manusia pada umumnya seperti makan, minum, berdiri dan duduk merupakan perkara mubah yang tidak memiliki konsekuensi hukum.
Saya dapat tambahkan, hal ini dikarenakan semua manusia melakukannya dan Nabi Muhammad juga terikat dengan budaya setempat dalam cara makan dan minum. Ini boleh jadi masuk ke dalam kategori etika saja, bukan kategori hukum. Mengikutinya dibenarkan, tapi tidak menirunya tidak akan berdosa. Saya bisa beri contoh misalnya cara makan Rasul dengan 3 jari memang cocok dengan menu dan pola makan di Arab sana, tapi agak sulit diterapkan di tanah air pas lagi makan sayur lodeh atau di negeri lain yang makan pakai sumpit.
Kedua, ada perbuatan yang khususiyah dilakukan oleh Nabi. Perbuatan yang bagi umatnya sunnah, tapi wajib dilakukan Nabi seperti shalat tahajud. Atau perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh umatnya tapi secara khusus dibenarkan untuk Nabi, seperti menikahi perempuan lebih dari empat, dan berpuasa wishal (terus menerus tanpa berbuka). Sebagai manusia khusus, tentu ada amalan ataupun perlakuan khusus juga untuk beliau SAW. Khususiyah ini tidak berlaku untuk umat Islam dan karenanya tidak masuk kategori hukum.
Ketiga, perbuatan Nabi yang secara tegas dijelaskan sebagai pelaksanaan ataupun penjelasan terhadap ibadah seperti shalat dan haji berdasarkan dalil syar’i yang wjaib dijadikan pedoman oleh umat Islam. Misalnya Rasul bersabda: “ambillah cara manasik hajimu dari saya” atau “shalatlah kamu sebagaimana aku shalat”. Perbuatan Rasul dalam hal ibadah kategori inilah yang memiliki konsekuensi hukum.
Penjelasan Imam al-Amidi ini sangat penting untuk meletakkan secara proporsional nilai etika yang masuk kategori sunnah (perbuatan atau tradisi) Rasul dan mana contoh sunnah Rasul yang masuk kategori hukum, dan karenanya bisa bermakna wajib, mandub, atau mubah. Artinya tidak semua hal yang dianggap sunnah Nabi itu hukumnya wajib kita laksanakan seperti yang dijelaskan di atas.
Di atas etika dan hukum ada kategori yang paling puncak yaitu cinta. Mengikuti Rasul berdasarkan kecintaan kita kepada beliau SAW. Ini sudah melampaui kategori yang dipaparkan Imam al-Amidi. Ini hubungan khusus yang hanya bisa dinilai dengan sebuah rintihan dalam hening:
Oh Muhammadku.
Indah wajahnya bagai purnama
Siapa melihatnya kan jatuh cinta
(Shalawat Cinta Uje)

Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Share:

Sabtu, 25 Maret 2017

Dokumen Imam Thabari tentang Dinasti Islam



Ibn Jarir al-Thabari (wafat 310H) adalah ulama salaf yang bukan saja seorang ahli tafsir dan mujtahid, tapi juga seorang ahli sejarah. Mazhab fiqhnya sudah punah ditelan zaman, namun kitab Tafsir al-Thabari yang ditulisnya masih menjadi rujukan utama di dunia Islam sampai saat ini.
Dalam bidang sejarah beliau menulis 11 jilid kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (sejarah para rasul dan raja), yang lebih dikenal dengan Tarikh al-Thabari. Ini sebuah catatan berharga akan sejarah kekuasaan dalam dunia Islam. 11 jilid dalam bahasa Arab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebanyak 40 jilid. Luar biasa! Sayangnya, tidak banyak di antara kita yang mau bersusah payah menelaah dokumen sejarah yang dicatat dengan detil dan teliti oleh Imam al-Thabari ini.
Mari kita buka jilid ke-10 halaman 54 . Ini kisah mengenai KhalifahAbbasiyah yang bernama al-Mu’tadhid Billah. Kita buka catatan al-Thabari pada tahun 284H. Apa yang terjadi?

ذكر كتاب المعتضد في شان بنى اميه ‎وتحدث الناس ان الكتاب الذى امر المعتضد بانشائه بلعن معاويه يقرا بعد صلاه الجمعه على المنبر، فلما صلى الناس الجمعه بادروا الى المقصورة ليسمعوا قراءة الكتاب فلم يقرا. ‎فذكر ان المعتضد امر باخراج الكتاب الذى كان المأمون امر بانشائه بلعن ‎معاويه، فاخرج له من الديوان، فاخذ من جوامعه نسخه هذا الكتاب، وذكر انها نسخه الكتاب الذى أنشئ للمعتضد بالله
Warga memberitakan bahwa dokumen yang melaknat Mu’awiyah atas perintah Khalifah al-Mu’tadhid akan dibacakan di masjid selepas shalat Jum’at. Beredarnya berita tersebut membuat warga selepas shalat jadi ragu mendengar pembacaan doa karena khawatir dokumen itu akan dibacakan, namun kenyataannya itu tidak dibacakan. Disebutkan bahwa Khalifah al-Mu’tadhid telah memerintahkan untuk mengeluarkan dokumen yang dibuat di masa Khalifah Ma’mun yang melaknat Mu’awiyah. Perintah ini telah dilaksanakan. Sinopsis dari arsip lama itulah yang kemudian dijadikan materi untuk menyusun dokumen yang disampaikan kepada Khalifah al-Mu’tadhid.
Imam al-Thabari kemudian mencantumkan dokumen tersebut (sekitar 7 halaman) dalam kitab Tarikh-nya ini. Terlalu panjang kalau saya cantumkan semuanya di sini. Konteksnya adalah Mu’awiyah, Yazid dan Marwan yang menjadi cikal bakal berdirinya dinastiUmayyah dilaknat dan dicaci-maki oleh para Khalifah Abbasiyah. Perpindahan kekuasaan dua dinasti Islam ini juga memakan korban jiwa yang tak sedikit.
Saat Dinasti Umayyah berkuasa mimbar Jum’at dikabarkan dipenuhi cacian akan Imam Ali bin Abi Thalib. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis dari dinasti Umayyah tradisi buruk itu dihentikan. Nah, di masa Khalifah al-Mu’tadhid (dinasti Abbasiyah) ancaman dari sisa-sisa keturunan dan pasukan Umayyah masih ada. Maka al-Mu’tadhid menggunakan tangan besi untuk melawan mereka, termasuk dengan menggunakan ayat dan hadits untuk melaknat pendiri dinasti Umayyah di atas.
Dalam dokumen yang dikutip Imam al-Thabari jelas tergambar politisasi agama demi mempertahankan kekuasaan. Sejumlah ayat dikutip seperti QS al-Isra ayat 60 yang menyebut pohon yang terkutuk, lantas oleh dokumen itu dikatakan bahwa tidak ada pertentangan maksudnya itu adalah Bani Umayyah. Kemudian mengutip riwayat yang mereka klaim dari Nabi ketika melihat Abu Sufyan naik keledai bersama Mu’awiyah dan Yazid, lantas Nabi berkata: “Allah melaknat pemimpin, yang menaiki dan yang mengendarai kuda” [maksudnya ketiga orang ini semua kena laknat oleh Nabi].

‎فمما لعنهم الله به على لسان نبيه ص، وانزل به كتابا قوله: ‎وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَما يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْياناً كَبِيراً» ولا اختلاف بين احد انه اراد بها بنى اميه. ‎[ومنه قول الرسول ع وقد رآه مقبلا على حمار ومعاويه يقود به ويزيد ابنه يسوق به: لعن الله القائد والراكب والسائق]

Imam al-Thabari sebagai ahli tafsir tentu paham bahwa tafsiran di atas keliru. Begitu juga kutipan hadits bertentangan dengan fakta bahwa Yazid bin Mu’awiyah lahir setelah Nabi wafat, jadi tidak mungkin Nabi melihatnya naik kuda bersama kakek (Abu Sufyan) dan bapaknya (Mu’awiyah). Kutipan hadits bertebaran di dokumen ini mengenai kejelekan Abu SufyanMu’awiyah dan juga Marwan.

ومنه ما انزل الله على نبيه في سوره القدر: «لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ» ، من ملك بنى اميه [ومنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دعا بمعاويه ليكتب بامره بين يديه، فدافع بامره، واعتل بطعامه، فقال النبي: لا اشبع الله بطنه، فبقى لا يشبع،] ويقول: والله ما اترك الطعام شبعا، ولكن اعياء [ومنه ان رسول الله ص قال: يطلع من هذا الفج رجل من امتى يحشر على غير ملتي، فطلع معاويه] [ومنه ان رسول الله ص، قال: إذا رايتم معاويه على منبري فاقتلوه
Dikabarkan bagaimana Nabi mendoakan Mu’awiyah agar perutnya tidak pernah kenyang, karena dua kali dipanggil menghadap Nabi,Mu’awiyah menolak karena sedang asyik makan. Atau dicantumkan riwayat lain seolah Nabi pernah bersabda: “jikalau engkau melihat Mu’awiyah berdiri di mimbarku, bunuhlah dia.”
Tafsiran lain disampaikan mengenai lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Maksudnya menurut dokumen ini, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan kekuasaan Umayyah. Kebetulan memang masa 90 tahun kekuasaan Umayyah itu sama dengan masa hitungan seribu bulan. Tapi apa hubungannya ayat lailatul qadar dengan masa kekuasaan Bani Umayyah? Pesan terselubungnya adalah umat jangan silau dengan panjangnya kekuasaan Umayyah. Nyambung atau enggak, ya itu urusan lain.

‎ [ومنه الحديث المرفوع المشهور انه قال: ان معاويه في تابوت من نار في اسفل ‎درك منها ينادى: يا حنان يا منان، الان وقد عصيت قبل وكنت من المفسدين
Bahkan dokumen ini juga mengklaim adanya hadits marfu’ yang menyatakan Mu’awiyah akan berada di neraka paling bawah memanggil-manggil Allah: “Ya Hanan, Ya Manan” namun diberi jawaban “Nah sekarang [kamu percaya padaKu], sebelumnya kamu telah membuat kerusakan”.
Dokumen yang penuh caci-maki terhadap lawan politik dengan mencantumkan penafsiran ayat dan riwayat yang diklaim berasal dari Nabi itu ditandatangani oleh Menteri Utama (Wazir) yaitu Abul Qasim Ubaidillah bin Sulayman. Sebelum diakhiri dokumen ini mencantumkan doa semoga Allah melaknat Abu Sufyan, Mu’awiyah, Yazid, Marwan dan anak keturunan mereka. Jadi bukan cuma Nabi, bahkan Allah pun mereka bawa-bawa untuk menyerang lawan politiknya.
Membaca dokumen yang dicantumkan Imam al-Thabari ini saya bergidik ngeri bagaimana efek kebencian yang sudah sampai pada puncaknya dan agama pun sudah dipolitisir sedemikian rupa. Ternyata pelintirisasi dan politisasi ayat-hadits sudah berlangsung sejak lama. Inilah yang terjadi ketika kekuasaan berselingkuh dengan agama. Na’udzubillah min dzalik.
Saya pun teringat puisi panutan saya al-Mukarram KH A Mustofa Bisri yang bikin air mata meleleh:
Dimana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu, O, Muhammadku
…..
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Share:

10 PANTANGAN BAGI SUFI




Dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengungkap 10 pantangan yang harus dihindari bagi sufi yang sedang melakukan mujahadah dan muhasabah, yakni:
*Pertama*, pantang bersumpah demi Allah, terlepas dari apakah yang dikatakan itu benar atau bohong, baik sengaja atau tidak sengaja. Ketika seseorang telah mengokohkan prinsip tersebut dalam dirinya dan membiasakan pada lisannya, niscaya Allah akan membukakan satu pintu dari cahaya-cahaya-Nya, meninggikan derajatnya dan dikuatkan tekad dan pandangannya.

*Kedua*, pantang berbohong baik serius ataupun bercanda. Jika mampu melakukannya, maka Allah akan melapangkan dadanya dan menjernihkan pengetahuannya, hingga ia tak lagi mengenal dusta.

*Ketiga*, pantang menjanjikan sesuatu kepada siapa pun, lalu urung memenuhinya, meski mampu mewujudkannya, kecuali memang ada alasan yang jelas. Lebih baik dia menghilangkan kebiasaan janji-janji. Jika mampu melakukannya, Allah akan membukakan pintu kemudahan dan derajat malu, dan memberi kasih sayang di tengah-tengah orang-orang jujur, serta menaikkan derajatnya di sisi Allah.

*Keempat*, pantang mencaci-maki makhluk lain, meski makhluk itu seukuran biji sawi atau lebih kecil lagi. Ini adalah akhlak kaum shaleh dan shiddiqin yang menghasilkan sesuatu yang baik, berupa perlindungan Allah di dunia dan derajat tinggi di sisi-Nya di akhirat.

*Kelima*, pantang mencaci-maki atau mendoakan hal-hal buruk kepada seseorang, meskipun orang itu dzalim. Ia harus memaafkan orang itu karena Allah, dan tidak membalas balik dengan ucapan ataupun perbuatan. Jika mampu melakukan itu, Allah akan memberi kedudukan terhormat di dunia dan akhirat, meraih cinta kasih segenap makhluk, baik jauh atau dekat, serta akan dikabulkan doanya.

*Keenam*, pantang menyebut musyrik, kafir, dan munafik kepada Ahli Kiblah (Muslim). Laku ini akan menjauhkan dari murka Allah dan mendekatkan kepada ridha dan kasih sayang Allah. Menjadi pintu mulia menuju Allah yang membuat si hamba dikasihi oleh segenap makhluk.

*Ketujuh*, pantang berpikir dan berangan-angan melakukan kemaksiatan, lahir dan batin, serta mencegah anggota tubuhnya dari hal itu. Ini adalah amalan yang paling cepat mendapat pahala bagi kalbu maupun fisik di dunia, disamping pahala di akhirat.

*Kedelapan*, pantang menggantungkan biaya hidupnya kepada siapa pun, baik dalam jumlah sedikit atau banyak, pada saat memerlukan ataupun tidak. Sikap semacam ini akan melengkapi kemuliaan ibadah dan kehormatan ahli takwa, dan ini adalah pintu terdekat pada keikhlasan.

*Kesembilan*, pantang bersikap tamak terhadap apa yang dimiliki manusia. Ini adalah kemuliaan terbesar, kekayaan sesungguhnya, kekuasaan agung, kebesaran yang luhur, keyakinan yang benar, dan kepasrahan yang tepat. Ia merupakan satu pintu keyakinan kepada Allah dan pintu zuhud yang mengantarkannya pada warak. 

*Kesepuluh*, pantang bersikap takabur dan harus selalu tawaduk. Sikap rendah hati ini akan menguatkan posisi hamba, meningkatkan derajatnya, menyempurnakan kemuliaannya di sisi Allah dan makhluk-Nya. Laku ini adalah dasar dan penyempurnaan seluruh ketaatan. Dan, menjadi tujuan mulia kaum zuhud ahli ibadah.

_Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah Lithalibi Thariq Al-Haqq_
Share:

Kategori Artikel