Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Kamis, 14 Juni 2018

Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?


Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?

Al-Falimbani adalah seorang ulama mujahid. Lahir sekitar tahun 1116 H/1704 M di Palembang. Perjalanan intelektualnya berawal di Kedah dan Patani, lalu berlanjut di Saudi Arabia. Di sana al-Falimbani bergabung dengan komunitas Nusantara seperti Muhammad Arsyad al-Banjari, Abd al-Wahhab al-Bugisi, Abd al-Rahman al-Batawi, dan Daud al-Fatani.

Al-Falimbani dan kawan-kawannya berguru pada ulama-ulama besar di tanah suci. Diantara guru-gurunya yang paling utama adalah Muhammad ibn Abd al-Karim al-Sammani, Muhammad ibn Sulayman al-Kurdi, dan Abd al-Mun’im al-Damanhuri. Di bawah bimbingan guru-guru yang hebat ini, tidak aneh jika kemudian al-Falimbani menjadi salah satu ulama yang paling berpengaruh pada abad XVIII M.

Hal itu dibuktikan dengan dua karyanya yang paling utama, Hidayat al-Salikin dan Sayr al-Salikin yang banyak beredar dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Sosok al-Falimbani sebagai ulama Mujahid bisa dilihat dari karya-karyanya yang selalu membangkitkan semangat jihad untuk melawan orang-orang Eropa, khususnya Belanda. (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Edisi Perenial, (Jakarta:Kencana, 2013), hlm. 316-327).

Selain dua karya monumental, otoritas keilmuan al-Falimbani bisa dilihat dari isnad-isnad keilmuan yang dimilikinya. Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani yang dikenal dengan gelar Musnid al-Dunya (pemegang sanad dunia), banyak menyebut nama al-Falimbani dalam sanad fiqh dan tasawufnya. (Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, edisi revisi, (Yogyakarta:Gading Publishing, 2012), hlm. 378-379)

Al-Falimbani menghabiskan umurnya dengan menghidupkan tradisi ilmu. Dia telah mewakafkan dirinya untuk umat Islam. Sampai akhirnya kembali ke Rahmatullah setelah merampungkan karyanya yang terakhir dan monumental, Sayr al-Salikin. (Azra, Jaringan Ulama, hlm. 320).
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel