Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?
Al-Falimbani adalah seorang ulama mujahid. Lahir sekitar tahun 1116 H/1704 M di Palembang. Perjalanan intelektualnya berawal di Kedah dan Patani, lalu berlanjut di Saudi Arabia. Di sana al-Falimbani bergabung dengan komunitas Nusantara seperti Muhammad Arsyad al-Banjari, Abd al-Wahhab al-Bugisi, Abd al-Rahman al-Batawi, dan Daud al-Fatani.
Al-Falimbani dan kawan-kawannya berguru pada ulama-ulama besar di tanah suci. Diantara guru-gurunya yang paling utama adalah Muhammad ibn Abd al-Karim al-Sammani, Muhammad ibn Sulayman al-Kurdi, dan Abd al-Mun’im al-Damanhuri. Di bawah bimbingan guru-guru yang hebat ini, tidak aneh jika kemudian al-Falimbani menjadi salah satu ulama yang paling berpengaruh pada abad XVIII M.
Hal itu dibuktikan dengan dua karyanya yang paling utama, Hidayat al-Salikin dan Sayr al-Salikin yang banyak beredar dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Sosok al-Falimbani sebagai ulama Mujahid bisa dilihat dari karya-karyanya yang selalu membangkitkan semangat jihad untuk melawan orang-orang Eropa, khususnya Belanda. (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Edisi Perenial, (Jakarta:Kencana, 2013), hlm. 316-327).
Selain dua karya monumental, otoritas keilmuan al-Falimbani bisa dilihat dari isnad-isnad keilmuan yang dimilikinya. Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani yang dikenal dengan gelar Musnid al-Dunya (pemegang sanad dunia), banyak menyebut nama al-Falimbani dalam sanad fiqh dan tasawufnya. (Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, edisi revisi, (Yogyakarta:Gading Publishing, 2012), hlm. 378-379)
Al-Falimbani menghabiskan umurnya dengan menghidupkan tradisi ilmu. Dia telah mewakafkan dirinya untuk umat Islam. Sampai akhirnya kembali ke Rahmatullah setelah merampungkan karyanya yang terakhir dan monumental, Sayr al-Salikin. (Azra, Jaringan Ulama, hlm. 320).
0 komentar:
Posting Komentar