كَانَ دَلِيلُ الْمُقَلِّدِ هُوَ قَوْلُ الْمُجْتَهِدِ لَا النُّصُوصُ إذْ اسْتِخْرَاجُ الْأَحْكَامِ مِنْهَا لَيْسَ إلَّا مَنْصِبَ الْمُجْتَهِدِ
وَقَدْ قَالُوا إذَا تَعَارَضَ النَّصُّ وَقَوْلُ الْفُقَهَاءِ يُؤْخَذُ بِقَوْلِ الْفُقَهَاءِ إذْ يُحْتَمَلُ كَوْنُ النَّصِّ اجْتِهَادِيًّا وَلَهُ مُعَارِضٌ قَوِيٌّ وَتَأْوِيلٌ وَتَخْصِيصٌ وَنَاسِخٌ وَغَيْرُهَا مِمَّا يَخْتَصُّ بِمَعْرِفَتِهِ الْمُجْتَهِدُ البريقة المحمودية جزء أول صـ 86 - 87
Dalil bagi muqallid (orang yang mengikuti pendapat mujtahid) adalah perkataan Mujtahid ,bukan Nash (Alquran dan Hadits). Karena perbuatan Istimbath(mengeluarkan) segala hukum dari Segala Nash adalah orang yang sampai pada posisi Mujtahid.
Dan sungguh berkata para Ulama ; Apabila bertentangan Nash dengan Qaul Fuqaha,niscaya diambilkan rujukan Qaul Fuqaha. Karena Nash Itu ada ihtimal(kemungkinannya) secara Ijtihadi. Dan bagi Nash tersebut ada beberapa pertentangan yang kuat,takwil , takhsis,nasikh, dan selainnya ,yang mana hal ini hanya diketahui oleh para Mujtahid.
Sumber : Kitab Bariqah Mahmudiyah juz 1 hal. 86-87
0 komentar:
Posting Komentar