Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Kamis, 28 Juni 2018

Membanggakan Rasulullah



Rabiah Adawiyah Sufiah Wanita yg Masyhur dalam satu riwayah disebutkan : 

"Beliau shalat sehari semalam sebanyak 1000 rakaat"

Dalam satu perkataannya beliau menyatakan shalat sebanyak itu bukan mengharapkan pahala,Namun ingin menyenangkan Hati dan membanggakan  Baginda Rasulullah Shallalllahu alaihi wasallam dihadapan para Ambiya seraya  Nabi Bersabda " Lihatlah wanita dari ummatku ini amalannya sehari semalam yg luar biasa"

Sementara kita..??????.
Apa yg sudah kita lakukan untuk membanggakan Rasulullah..??
dan Apa yg dapat membuat kita dlm bagian orang yg menerima syafaatnya kelak??

اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Share:

Minggu, 24 Juni 2018

Doa Pengantin Baru



Share:

Rabu, 20 Juni 2018

Kisah Dakwah Dinegeri Yang Tidak ada Muslim

"BERITAHUKAN AKU SUATU NEGERI LAGI YANG TAK ADA MUSLIMIN DISANA, 
 AKU INGIN PINDAH KESANA".

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

INILAH CARA BERDAKWAH YANG DI AJARKAN OLEH RASULULLAH ﷺ

Guru kita Al Habib Umar Bin Hafidz menceritakan :
"Aku mendapatkan cerita dari seseorang yang sudah lanjut usianya, 
 telah meninggal 3 tahun yang lalu, ia tinggal di negeri Uganda".

"Orang tua tersebut berkata : 
"Aku mendapatkan surat dari seorang Habib; Al Habib Said Albid, 
 Beliau menulis surat kepadaku dan bertanya : 
 "Di Negeri kamu, apakah ada orang yang Beragama Islam?".

"Maka aku menjawab : 
"Di Negeriku tidak ada orang Islam, hanya aku saja yang Beragama Islam, 
 Masyarakatnya semua non Muslim". 
Maka Habib Said berkata : 
"Tolong, carikan aku tanah di Negerimu itu, 
  aku mau berdagang di Negerimu dan ingin pindah kekota itu". 

Dan Kampung tersebut namanya : "Arwak", berada di perbatasan Kongo dan Zaire".

"Maka aku pun memilihkan tempat untuk di jadikan toko, 
 dan Habib Said tinggal ditempat itu...
Jika Shalat 5 waktu, kami hanya berdua saja, 
karena memang tidak ada seorang Muslim pun bersama kami".

"Kalau ada orang datang ke tokonya untuk membeli Beras, 
 maka Said menghadiahkan Minyak juga, maka si pembeli pun berkata : 
"Mengapa ketika aku membeli Beras, engkau memberiku Minyak juga?". 

"Dijawab oleh Habib : 
"Ketika engkau memasak Beras, engkau pun juga butuh minyak untuk memasak bumbunya, 
 maka kuberikan juga Minyaknya untuk mu". 

"Kalau ada Orang membeli Teh, 
 maka Habib menambahkan Gulanya gratis diberikan pada pembelinya itu".

"Ada yang bertanya : 
"Aku cuma membeli Teh, kenapa engkau memberikan aku gula juga?".

"Dan Habib menjawab : 
"Engkau pun akan memerlukan Gula saat membuat Teh".

"Maka Masyarakat terheran-heran dengan Kebaikan Habib Said itu...
 Akhirnya orang-orang pun bertanya pada sang Habib :
"Engkau tinggal disini untuk berdagang, 
 namun mengapa engkau selalu memberi cuma-cuma kepada kami? 
 Bukan mencari keuntungan?".

"Setiap kali ditanya maka Habib selalu berkata:
"Agama ku Mengajarkan dan memerintahkan seperti ini dan itu". 

"Tertarik dengan yang Habib sampaikan, maka mereka bertanya lagi : 
"Apa Agamamu yang mengajarkan Kebaikan seperti itu?

Maka di jawab oleh Habib Said : 
"Agama ku Islam dan dijelaskan kepada masyarakat itu tentang Islam".

Sehingga di Negeri itu mulai tersebar tentang Agama Islam, 
maka dari situ datanglah para sesepuh di negeri tersebut 
menemui Habib Said dan mereka berkata :
"Agama mu ini menarik, kami tertarik dengan Agamamu, 
 namun kami ini kan orang tua, kami ini jadi contoh Masyarakat disini, 
 kalau kami mengikuti Agama mu, kami akan malu".

"Maka Habib berkata  : 
"Kalau begitu, 
 berikan anak-anak kalian kepada ku, akan aku ajarkan kebaikan tentang Agama Islam". 

"Mereka pun memberikan anak-anak nya kepada sang Habib untuk 
 di Ajarkan Kebaikan Ajaran Agama Islam".

"Maka Habib Said memulai Dakwah nya dengan mengenalkan Islam, 
 mengajarkan Ngaji, Shalat dan Akhlak-Akhlak yang Mulia". 

"Ketika keluarga mereka melihat perubahan pada anak-anaknya semakin baik 
 dan santun serta Mulia Akhlaknya kepada orang-tua mereka, dan dalam lingkungannya, 
 maka para sesepuh pun, menemui Habib Said dan ingin mengikuti Agama Islam".

"Ketika semakin banyak masyarakat yang memasuki Agama Islam, 
 mulailah didirikan Masjid dan Shalat Jum'ah Berjamaah di Masjid itu".

"Dan Alhamdulillah, aku (Al Habib Umar bin Hafidz) sudah datang ke Negeri tersebut, 
 aku ditunjukkan ini tokonya dulu dan Masjid yang didirikannya untuk Shalat Jum'ah".

"Karena negeri tersebut terlalu jauh dari kota, 
 maka tidak ada sumber listrik memasuki negeri itu, dan kalau malam tiba, 
 mereka memakai obor untuk menunjukkan tempat tempat itu".

"Ketika Muslimin telah tersebar dikota itu dan Shalat Jum'ah juga telah berjalan, 
 maka Habib Said Albid berkata kepada temannya: 
"Di negeri ini Muslimin telah tersebar luas dan Shalat Jum'ah telah berjalan...
 Beritahukan aku suatu Negeri lagi yang tak ada Muslimin disana, aku ingin pindah kesana".

Catatan :
"Hingga saat ini di Negeri Arwak 100% penduduknya semuanya Beragama Islam". 

"Inilah cara Berda'wah yang di Ajarkan oleh Rasulullah ﷺ, jalannya para Salafunashalihin.
JIKA INGIN MENYENANGKAN HATI NABI ﷺ, 
MAKA TELADANILAH CARA BERDAKWAHNYA PARA SALAF".

Semoga bermanfaat
Silahkan share

"Al Habib Umar Bin Hafidz"
Share:

Jumat, 15 Juni 2018

DALIL BAGI MUQALLID



كَانَ دَلِيلُ الْمُقَلِّدِ هُوَ قَوْلُ الْمُجْتَهِدِ لَا النُّصُوصُ إذْ اسْتِخْرَاجُ الْأَحْكَامِ مِنْهَا لَيْسَ إلَّا مَنْصِبَ الْمُجْتَهِدِ 
وَقَدْ قَالُوا إذَا تَعَارَضَ النَّصُّ وَقَوْلُ الْفُقَهَاءِ يُؤْخَذُ بِقَوْلِ الْفُقَهَاءِ إذْ يُحْتَمَلُ كَوْنُ النَّصِّ اجْتِهَادِيًّا وَلَهُ مُعَارِضٌ قَوِيٌّ وَتَأْوِيلٌ وَتَخْصِيصٌ وَنَاسِخٌ وَغَيْرُهَا مِمَّا يَخْتَصُّ بِمَعْرِفَتِهِ الْمُجْتَهِدُ البريقة المحمودية جزء أول صـ 86 - 87

Dalil bagi muqallid (orang yang mengikuti pendapat mujtahid) adalah perkataan Mujtahid ,bukan Nash (Alquran dan Hadits). Karena perbuatan Istimbath(mengeluarkan) segala hukum dari Segala Nash adalah orang yang sampai pada posisi Mujtahid.

Dan sungguh berkata para Ulama ; Apabila bertentangan Nash dengan Qaul Fuqaha,niscaya diambilkan rujukan Qaul Fuqaha. Karena Nash Itu ada ihtimal(kemungkinannya) secara Ijtihadi. Dan bagi Nash tersebut ada beberapa pertentangan yang kuat,takwil , takhsis,nasikh, dan selainnya ,yang mana hal ini hanya diketahui oleh para Mujtahid.

Sumber : Kitab Bariqah Mahmudiyah juz 1 hal. 86-87
Share:

Kamis, 14 Juni 2018

Hakikat Hari Raya

 وليس العيد لمن لبس الجديد بل طاعاته تزيد ، ولا لمن تجمل بالملبوس والمركوب بل لمن غفرت له الذنوب

Hari raya bukanlah milik orang yg pakai baju baru tapi bagi orang yg tambah ta'atnya begitu juga bukan milik orang yg bagus pakaian dan kendaraannya akan tetapi bagi orang yg diampuni dosa2nya.



(Kitab Bugyatul Musytarsyidin )
Share:

Syaikh Doktor Shuhaib Al Saqqar (Mantan Wahabi)



Engkau…yang terindah, Yang pernah ada di hidupku, Dan kau yang terbaik
Yang selama ini kumiliki, Sungguh hadirnya dirimu, Ku fahami hidupku, Lengkaplah sudah.

Begitulah kira2 “kata hati” dari Syaikh Doktor Shuhaib AlSaqqar -hafidlohullohu Ta’aala-.. Beliau adalah seorang MANTAN WAHABI, sejak SD sampai SMA belajar di SAUDI dan eksis sebagai WAHABI.

Setelah itu, beliau melanjutkan studiy formalnya ke Universitas Baghdad, di sana beliau menempuh jenjang Lc sampai lulus Doktor.

Yang unik dari kisah beliau,, ketika belajar di Universitas Baghdad, beliau sebagai seorang WAHABI TULEN BERSEMANGAT sekali membantah Ahlussunnah Asya’iroh, dan berniat untuk menulis tesis dan disertasi yang membungkam pemikiran asya’iroh, mungkin waktu itu beliau kurang memahami siapa dan bagaimana itu asya’iroh, sehingga benarlah kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”.

Namun, setelah sekian lama beliau konsentrasi menelusuri pemikiran asy’ari, bukannya beliau semakin membenci Asy’ari, malah benih2 kecintaan beliau terhadap asya’iroh pun muncul.  Sejak saat itu, akhirnya disertasi yang awalnya ingin membantah Asya’ri malah menjadi senjata ampuh menumpas WAHABI.

Disertasi beliau itu berjudul “At-Tajsim Fil Fikril Islami”, dan merupakan buah fikir terbaik Syaikh Shuhaib, kehadirannya membuat beliau tahu mana akidah yang benar dan mana yang salah, juga sebagai bukti bahwa beliau TELAH TOBAT DARI WAHABI.
Share:

At-Tazaawur (Tradisi Saling berkunjung) di hari raya



Dalam kitab al-Mausuah al-fiqhiyyah al-kuwaitiyyah, tradisi berkunjung di hari raya merupakan amaliyah yang mendapat legalitas dari syariat. Hal ini berdasar riwayat Sayyidatuna 'Aisyah berikut ini:

فقد روي عن عائشة رضي الله عنها قالت: دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث. فاضطجع على الفراش وحول وجهه، ودخل أبو بكر فانتهرني، وقال مزمار الشيطان عند النبي صلى الله عليه وسلم؟ فأقبل عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: دعهما زاد في رواية هشام: يا أبا بكر إن لكل قوم عيدا، وهذا عيدنا

Diriwayatkan dari Sayyidah  ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata : “Rasululloh Shollallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku, sementara di sisiku ada 2 perempuan kecil/budak yang sedang menyanyi dengan nyanyian bu’ats. Lalu beliau Shollallahu 'alaihi wasallam berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar lalu dia menghardikku seraya mengatakan : “Seruling syaithon di sisi Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam", lalu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menghadap ke Abu Bakar dengan mengatakan "biarkan keduanya”.
Dalam riwayat Hisyam ada tambahan redaksi: Rasululloh Shollallahu 'alaihi wasallam mengatakan: “Wahai Abu Bakar, setiap kaum itu memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.”

(HR. Muttafaq 'alaih / Bukhari - Muslim)

Dalam Kitab Fathul Bari: Redaksi wa jaa-a abu bakrin (Dan datanglah Abu Bakar),
sementara dalam riwayat Hisyam bin 'Urwah dengan redaksi dakhola 'alayya abu bakrin (Abu Bakar mendatangiku) seakan-akan beliau mengunjungi Sayyidah 'Aisyah setelah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam masuk ke rumah beliau.

Juga, masih dalam kitab Fathul Bari dan juga 'umdatul qori' yang dikutip al-mausu'ah: salah satu hikmah beliau shollallahu 'alaihi wasallam mengambil jalan yang berbeda tatkala berangkat dan pulang dari sholat 'Id adalah:

ليزور أقاربه من الأحياء والأموات

Untuk mengunjungi/ziarah para kerabat beliau,  baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Disamping itu dalam halaman yang lain ada bahasan mengenai disukainya/disunnahkannya ziarah kubur di hari raya berdasar keumuman perintah ziarah kubur.

Dengan demikian, ziarah kubur berkaitan dengan hari raya memiliki landasan syar'i.

Wallahu a'lam

sumber Fb Ust NUR HASYIM
Share:

Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?


Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?

Al-Falimbani adalah seorang ulama mujahid. Lahir sekitar tahun 1116 H/1704 M di Palembang. Perjalanan intelektualnya berawal di Kedah dan Patani, lalu berlanjut di Saudi Arabia. Di sana al-Falimbani bergabung dengan komunitas Nusantara seperti Muhammad Arsyad al-Banjari, Abd al-Wahhab al-Bugisi, Abd al-Rahman al-Batawi, dan Daud al-Fatani.

Al-Falimbani dan kawan-kawannya berguru pada ulama-ulama besar di tanah suci. Diantara guru-gurunya yang paling utama adalah Muhammad ibn Abd al-Karim al-Sammani, Muhammad ibn Sulayman al-Kurdi, dan Abd al-Mun’im al-Damanhuri. Di bawah bimbingan guru-guru yang hebat ini, tidak aneh jika kemudian al-Falimbani menjadi salah satu ulama yang paling berpengaruh pada abad XVIII M.

Hal itu dibuktikan dengan dua karyanya yang paling utama, Hidayat al-Salikin dan Sayr al-Salikin yang banyak beredar dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Sosok al-Falimbani sebagai ulama Mujahid bisa dilihat dari karya-karyanya yang selalu membangkitkan semangat jihad untuk melawan orang-orang Eropa, khususnya Belanda. (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Edisi Perenial, (Jakarta:Kencana, 2013), hlm. 316-327).

Selain dua karya monumental, otoritas keilmuan al-Falimbani bisa dilihat dari isnad-isnad keilmuan yang dimilikinya. Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani yang dikenal dengan gelar Musnid al-Dunya (pemegang sanad dunia), banyak menyebut nama al-Falimbani dalam sanad fiqh dan tasawufnya. (Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, edisi revisi, (Yogyakarta:Gading Publishing, 2012), hlm. 378-379)

Al-Falimbani menghabiskan umurnya dengan menghidupkan tradisi ilmu. Dia telah mewakafkan dirinya untuk umat Islam. Sampai akhirnya kembali ke Rahmatullah setelah merampungkan karyanya yang terakhir dan monumental, Sayr al-Salikin. (Azra, Jaringan Ulama, hlm. 320).
Share:

Kategori Artikel