Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Senin, 10 September 2018

Nasihat Bagi Penuntut Ilmu

Oleh : Habib Jindan bin Novel Jindan


Syeikh (itu) ada yang benar ada juga yang palsu, begitu juga para murid, ada murid yang benar benar murid ada juga murid yang palsu, maka tanyakan kepada diri kita,..benarkah kita seorang Thalabul Ilmi (penuntut ilmu-red),..pantas menyandang sebutan sebagai seorang murid?

Lihat teladan AlHabib Muhammad AlHaddar, beliau guru dari AlHabib Umar bin Hafidh juga guru dari AlHabib Zain bin Sumaith, ketika masih menuntut ilmu di Rubath Tarim ia selalu menghabiskan setiap malamnya bergadang menuntut ilmu, hingga jika kantuk datang maka beliau membasahkan dirinya dengan air hingga hilang kantuknya, bahkan sekali waktu beliau naik ke atap rumahnya untuk menghilangkan kantuknya dan berkata kepada dirinya “Kalau aku jatuh maka aku mati”. Beliau pun tidak mau ada hal yang menganggunya dalam menuntut ilmu, diceritakan jika datang surat dari keluarganya maka beliau tidak membukanya dan disimpan terus seperti itu hingga selesai masa belajar baru dibuka, disitu di surat diterangkan si fulan wafat, si fulan lahir, si fulan menikah dlsbnya, beliau berbuat seperti ini saking takdhimnya dalam menuntut ilmu.

Simak juga bagaimana AlHabib Abdullah bin Abdurrahman bin Syaikh Abubakar bin Salim ketika sampai di Tarim, hari pertama sampai di tempat menuntut ilmu langsung sibuk belajar, zaman dahulu jika seseorang pergi belajar maka membawa kasurnya sendiri, beliau tidak pernah sempat membuka kasurnya, beliau selalu tertidur dalam posisi terduduk lalu bangun subuh dan lanjut lagi esok malamnya dengan keadaan yang sama hal ini pun dilakukan terus menerus hingga 4 tahun, hingga beliau tidak tahu siapa teman di sebelah kamarnya.

AlHabib Abdullah Umar Asy-Syatiri dimana beliau adalah guru dari semua ulama terkenal dizamannya, berkata “Tidak pantas menyebut diri sebagai penuntut ilmu kalau tidak solat tahajud”, bahkan belum bisa dikatakan belajar Fiqih jika belum hafal Zubad dan Nahwu jika belum hafal Alfiah. Perbedaan kita dengan mereka bukan seperti langit dengan bumi, tetapi seperti langit dengan sumur.

Ketahuilah bahwa sebelum seorang menuntut ilmu maka harus di seleksi dulu, jika dilihat oleh guru si murid belum bersih hatinya maka akan dibersihkan dulu hatinya atau pada akhlaknya atau pada kualitas ibadahnya hingga jika sudah bersih dan layak yang akan masuk adalah hanya cahaya ilmu.

Diceritakan datang seorang ke Imam Abdurrahman Al Masyhur ingin menuntut ilmu, sebelum belajar sang Imam menyuruh dulu si calon murid untuk membeli ikan asin basah di pasar, yang disuruh bukan orang sembarangan, seorang anak ulama besar, tidak pernah sekalipun pergi ke pasar, maka si anak tadi meminta wadah untuk dibawa, berkata sang imam masukkan ikan asin tersebut ke lengan bajumu dan bawa kemari…,sampai dipasar ramai orang kedatangan anak seorang ulama besar belanja dipasar, berkata si anak “Saya disuruh guru saya untuk membeli ikan asin basah dan dimasukkan ke lengan baju”, setelah sampai dihadapan sang imam maka berkata “Tadi aku mengujimu karena aku melihat ada kesombongan dalam hatimu dan sekarang kesombongan itu sudah hilang”.

Lihat Sayyidina Abdullah bin Abbas berkata “Saat mencari ilmu agama saya terhinakan orang, susah, capek namun ketika saya sudah di cari orang saya di hormati orang” walaupun tidak bertujuan mencari pujian orang.

Satu saat Sayyidina Zaid bin Tsabit datang ke pemakaman ibunya Sayyidina Abdullah bin Abbas, maka berdiri ia menyambut Zaid bin Tsabit, sahabat Rasulullah yang sedang naik keledai dan menuntunnya, sementara dizaman itu perbuatan seperti ini adalah perbuatan seorang budak, maka berkata Zaid bin Tsabit “Wahai sepupu Nabi lepaskan”, berkata Abdullah bin Abbas “Beginilah kita diperintahkan untuk memperlakukan para ulama kita”, maka turunlah zaid dari keledainya dan mencium tangan Abdullah bin Abbas sambil berkata “Beginilah kita memperlakukan Ahlulbait Nabi SAW”.

Seseorang kalau gak mau susah gak bakal sampai ke tempat yang tinggi, berkata AlHabib Abubakar Al Adni “Siapa yang takut dengan tantangan tidak akan sampai ke tempat yang tinggi, hakikat yang mahal ada di tempat yang tinggi, buah jika berduri akan menjadi mahal, siapa yang tidak mau menyelam ke dasar lautan tidak akan mendapat mutiara, tidak akan mendapat hadiah anugerah tersebut dan lemah terhadap hal tersebut”

Zaman dulu ada seorang bernama Abdul Jalil, ia bersungguh sungguh mencari syaikh, datang ke satu kampung dan ditunjuki oleh orang orang kampung untuk pergi bertemu seorang syaikh yang sudah terkenal di kampung tersebut, namun tanpa diketahui ternyata syaikh tersebut seorang penipu!…syaikh palsu ini punya teman teman n waktu sendiri untuk mabuk mabukan, maka datang Abdul Jalil mengetuk pintu ditanya “siapa engkau?” “Aku Abdul Jalil” kebetulan si syaikh palsu ini lagi nunggu temen maboknya namanya sama Abdul Jalil juga, maka ketika di buka pintu kaget si syaikh palsu kedoknya terbongkar, Abdul Jalil melihat syaikh palsu sedang mabuk dikelilingi botol botol minuman, melihat itu ia bersungkur sujud “Syaikh tolong bimbing aku ke jalan Allah” ternyata yang datang seorang polos, maka disurulah Abdul Jalil diperbudak menjaga kebun, terus ia bekerja dan beribadah dengan kesungguhan tanpa tahu bahwa sang syaikh adalah syaikh palsu penipu, ketika itu di lain tempat sedang berlangsung pertemuan para wali sedang mencari kandidat, bertanya para wali “Siapa yang akan dijadikan pengganti wali yang wafat?” maka berkata seorang wali “Ada seorang yang pantas tetapi sungguh kasihan karena ia berguru kepada orang yang salah..berguru kepada seorang syaikh palsu”, maka diangkatlah Abdul Jalil berkat kesungguhannya menjadi seorang wali….ia datang dengan kesungguhan maka ada guru lain yang akan peduli, maka hati hatilah jangan tertipu dengan hal semacam ini yang akan membuat iman kita bangkrut!.

Diceritakan seorang datang ke Imam Ahmad bin Hambal ingin menjadi murid mempelajari ilmu Hadist, maka malamnya disiapkan ember oleh Imam barangkali si calon murid ingin shalat tahajjud, esok subuh Imam Ahmad menghampirinya dan mendapatkan calon murid baru bangun sementara air di ember masih penuh, “Kenapa embermu masih penuh? engkau tidak shalat Tahajjud?” calon murid berkata tidak, maka berkata Imam Ahmad “Jika belum tahajjud belum pantes belajar hadist”. Harus diperbaiki dulu mental orang tersebut, tuntut ilmu untuk diamalkan bukan sekadar diriwayatkan.

Jangan dekat dengan orang besar tetapi gak ambil manfaat!.

Satu saat pergi Sayyidina Isa bin Maryam bersama seorang membawa bekal roti gandum yang jumlahnya sesuai dengan lamanya perjalanan, ketika ingin dimakan maka didapati berkurang roti gandum 1 buah.

Sayyidina Isa bertanya siapa yang mengambil roti, orang itu berkata aku tidak tahu. Lanjut perjalanan diajak oleh Sayyidina Isa berjalan menyeberangi air, berjalan di air dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya”, orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Maka berjalan lagi mereka melintasi kuburan, Sayyidina Isa menghidupkan orang mati dan berkata “Ini mukjizat kamu percaya? Iya”, maka ditanya “Siapa yang mengambil roti gandumnya” orang tersebut bilang “Aku tidak tahu”.

Berjalan lagi hingga menjumpai gundukan tanah, Sayyidina Isa pun merubah tanah tersebut menjadi emas dan berkata “Kita bagi 3 bagian, 1 untukku 1 untukmu dan 1 lagi untuk yang mengambil roti gandum” mendengar itu orang tersebut baru mengaku…maka Sayyidina Isa berkata “Ambil semua termasuk bagian saya, tetapi jangan temani saya lagi” dia rela ketinggalan Sayyidina Isa dan memilih dunia!.

Dia gak mikir bagaimana memindahkan tumpukan emas sedemikian banyak. Lalu datanglah 2 perampok, karena takut maka sepakat untuk membagi emas tersebut dengan maling, lihat keadaan orang yang cinta dunia dan tidak bisa menjaga adab, dalam sesaat Allah rubah barisannya bergabung menjadi bagian dari para penyamun.

Maka pergi salah seorang dari mereka membeli makanan dan mempunyai niat jahat dan keserakahan, maka diracun makanan tadi, sementara 2 orang yang menunggu juga berpikiran sama “Daripada dibagi 3, lebih baik kita bagi berdua, kita bunuh saja!”. Saat kembali dari pasar maka dibunuhlah orang tadi dan sebelum membagi emas mereka makan makanan yang sudah di beri racun..mati semuanya tak tersisa!…beberapa lama lewatlah Sayyidina Isa dengan murid muridnya melihat gundukan emas beserta 3 tiga mayat dan berkata “Itulah dunia akhirnya akan seperti itu!”…itulah yang tidak bisa menjaga adab terhadap guru!.

Diceritakan bahwa Imam Hasan AsSyadzili kedatangan seorang yang ingin belajar ilmu kimia merubah benda menjadi emas, ilmu ini sudah lama punah, Imam mengiyakan dengan syarat setiap batal wudhu harus melakukan shalat sunnah, setahun kemudian ketika sedang menimba air terasa berat dan didapati air tersebut berubah menjadi emas!.Karena sudah istiqomah untuk berwudhu shalat sunnah maka dituang lagi, di tarik lagi…didapati emas lagi…dibuang lagi terus hingga kembali menjadi air “Ini yang saya mau!”.

Murid tadi menemui Imam AsSyadzili meminta dikembalikan seperti semula, maka berkata sang Imam “Cukuplah…dirimu pun sudah mejadi emas hingga hatimu pun menjadi emas!” Berkat keberkahan dekat kepada orang mulia,…bagi murid emas dan tanah adalah sama!

Lihat…Cinta Habib Munzir kepada gurunya yaitu AlHabib Umar bin Hafidh begitu besar hingga kalau di suruh lompat terjun pun beliau akan lompat, bagi Habib Munzir kalau Habib Umar menyuruh melakukan A ya harus A bukan a kecil tapi A besar, saya buka sedikit…,dulu ketika Habib Munzir sering memajang fotonya dan Habib Umar di jalan jalan, Habib Umar berkata kepada saya untuk menyampaikan jika pada kedatangan kita berikutnya jangan tempel foto di jalan umum, sekedar pengumuman tanpa foto, biarkan itu milik para orang politik, berlaku hingga sekarang…..ini penyerahan seratus persen terhadap gurunya, seperti mayat dihadapan gurunya.

Dulu di awal perjalanan dakwah, Habib Munzir sering keluar kota berhari hari hingga banyak problem berupa sakit, tumpukan hutang dll, maka datang surat dari Habib Umar melarang keluar kota dan perintah rinci lainnya tidak boleh begini, harus begini dlsbnya, tdk boleh pinjem sama siapapun banyak perintah berat dengan adanya surat tersebut, saya tahu isi surat tersebut karena bacanya bareng di kamar saya…Habib Munzir syok dengan keadaan tersebut, sampai berkata “Kalau ane tahu hati Habib Umar akan seperti ini, ane gak mau jadi ulama mending jadi tukang sate!”.

Sayyidina Umar bin Khattab pernah berkata “Andaikata aku tidak pernah dilahirkan ke dunia, andaikata ibuku mandul, andaikata aku dilahirkan sebagai seekor kambing maka akan lebih ringan…hanya makan minum gemuk disembelih maka selesai, tidak harus memikul tanggung jawab besar dihadapan Allah.

Saya bilang “Ya munzir…mau bagaimanapun berat dan ringannya, Habib Umar guru kita,…kita gak faham saat ini tetapi ke depan bakal faham”..ternyata betul!…urusan jadi beres, hutang selesai, dakwah hingga jadi seperti sekarang dlsbnya, klo bukan karena surat Habib Umar gak bakal seperti ini dan semua itu pun butuh pengorbanan, mau makan pun susah karena sudah gak boleh pinjam, terkadang ke majelis naik taksi, kadang saya yang jemput, berkat taat dan kepatuhan lambangnya bukan banyaknya massa dlsbnya tetapi dengan ridhonya Habib Umar terhadap beliau simaklah bait bait syairnya, beliau Habib munzir lakukan dengan penuh pengorbanan,..intinya jangan pernah melepaskan diri dari syaikh dalam keadaan apapun.

Belasan tahun lalu, pernah satu saat, Habib Umar bercerita kepada saya ada seorang murid Habib Umar, seorang teman kami berdakwah di Jazirah Arab, sukses memiliki banyak jamaah, selesai majelis ditunggu banyak mobil jamaah yang minta dinaikinya…macam macam fasilitas….tetapi ia lupa dan berkata bahwa semua ini adalah hasil dari jerih payahnya, dari keringatnya, bukan hasil dari gurunya,…menisbatkan kesuksesan kepada dirinya lupa kepada gurunya yaitu Habib Umar, maka ketika ia melepas diri dari Habib Umar maka hilanglah sudah semua hal yang dianggap miliknya..tidak ada lagi macam macam fasilitas yang menunggunya…mobil mobil muridnya hanya berlalu begitu saja tidak memperdulikan hanya sekedar “Oh ada ustad”…maka celaka orang yang dekat dengan syaikh tapi tidak beradab!….semoga kita menjadi murid yang menbanggakan guru dan juga menjadi kebanggaan guru kita…Aamiin.

Allahuma soli ala sayidina muhammad nabiyil umiy wa alihi wa shobihi wa salim
Share:

Kamis, 28 Juni 2018

Membanggakan Rasulullah



Rabiah Adawiyah Sufiah Wanita yg Masyhur dalam satu riwayah disebutkan : 

"Beliau shalat sehari semalam sebanyak 1000 rakaat"

Dalam satu perkataannya beliau menyatakan shalat sebanyak itu bukan mengharapkan pahala,Namun ingin menyenangkan Hati dan membanggakan  Baginda Rasulullah Shallalllahu alaihi wasallam dihadapan para Ambiya seraya  Nabi Bersabda " Lihatlah wanita dari ummatku ini amalannya sehari semalam yg luar biasa"

Sementara kita..??????.
Apa yg sudah kita lakukan untuk membanggakan Rasulullah..??
dan Apa yg dapat membuat kita dlm bagian orang yg menerima syafaatnya kelak??

اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Share:

Minggu, 24 Juni 2018

Doa Pengantin Baru



Share:

Rabu, 20 Juni 2018

Kisah Dakwah Dinegeri Yang Tidak ada Muslim

"BERITAHUKAN AKU SUATU NEGERI LAGI YANG TAK ADA MUSLIMIN DISANA, 
 AKU INGIN PINDAH KESANA".

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

INILAH CARA BERDAKWAH YANG DI AJARKAN OLEH RASULULLAH ﷺ

Guru kita Al Habib Umar Bin Hafidz menceritakan :
"Aku mendapatkan cerita dari seseorang yang sudah lanjut usianya, 
 telah meninggal 3 tahun yang lalu, ia tinggal di negeri Uganda".

"Orang tua tersebut berkata : 
"Aku mendapatkan surat dari seorang Habib; Al Habib Said Albid, 
 Beliau menulis surat kepadaku dan bertanya : 
 "Di Negeri kamu, apakah ada orang yang Beragama Islam?".

"Maka aku menjawab : 
"Di Negeriku tidak ada orang Islam, hanya aku saja yang Beragama Islam, 
 Masyarakatnya semua non Muslim". 
Maka Habib Said berkata : 
"Tolong, carikan aku tanah di Negerimu itu, 
  aku mau berdagang di Negerimu dan ingin pindah kekota itu". 

Dan Kampung tersebut namanya : "Arwak", berada di perbatasan Kongo dan Zaire".

"Maka aku pun memilihkan tempat untuk di jadikan toko, 
 dan Habib Said tinggal ditempat itu...
Jika Shalat 5 waktu, kami hanya berdua saja, 
karena memang tidak ada seorang Muslim pun bersama kami".

"Kalau ada orang datang ke tokonya untuk membeli Beras, 
 maka Said menghadiahkan Minyak juga, maka si pembeli pun berkata : 
"Mengapa ketika aku membeli Beras, engkau memberiku Minyak juga?". 

"Dijawab oleh Habib : 
"Ketika engkau memasak Beras, engkau pun juga butuh minyak untuk memasak bumbunya, 
 maka kuberikan juga Minyaknya untuk mu". 

"Kalau ada Orang membeli Teh, 
 maka Habib menambahkan Gulanya gratis diberikan pada pembelinya itu".

"Ada yang bertanya : 
"Aku cuma membeli Teh, kenapa engkau memberikan aku gula juga?".

"Dan Habib menjawab : 
"Engkau pun akan memerlukan Gula saat membuat Teh".

"Maka Masyarakat terheran-heran dengan Kebaikan Habib Said itu...
 Akhirnya orang-orang pun bertanya pada sang Habib :
"Engkau tinggal disini untuk berdagang, 
 namun mengapa engkau selalu memberi cuma-cuma kepada kami? 
 Bukan mencari keuntungan?".

"Setiap kali ditanya maka Habib selalu berkata:
"Agama ku Mengajarkan dan memerintahkan seperti ini dan itu". 

"Tertarik dengan yang Habib sampaikan, maka mereka bertanya lagi : 
"Apa Agamamu yang mengajarkan Kebaikan seperti itu?

Maka di jawab oleh Habib Said : 
"Agama ku Islam dan dijelaskan kepada masyarakat itu tentang Islam".

Sehingga di Negeri itu mulai tersebar tentang Agama Islam, 
maka dari situ datanglah para sesepuh di negeri tersebut 
menemui Habib Said dan mereka berkata :
"Agama mu ini menarik, kami tertarik dengan Agamamu, 
 namun kami ini kan orang tua, kami ini jadi contoh Masyarakat disini, 
 kalau kami mengikuti Agama mu, kami akan malu".

"Maka Habib berkata  : 
"Kalau begitu, 
 berikan anak-anak kalian kepada ku, akan aku ajarkan kebaikan tentang Agama Islam". 

"Mereka pun memberikan anak-anak nya kepada sang Habib untuk 
 di Ajarkan Kebaikan Ajaran Agama Islam".

"Maka Habib Said memulai Dakwah nya dengan mengenalkan Islam, 
 mengajarkan Ngaji, Shalat dan Akhlak-Akhlak yang Mulia". 

"Ketika keluarga mereka melihat perubahan pada anak-anaknya semakin baik 
 dan santun serta Mulia Akhlaknya kepada orang-tua mereka, dan dalam lingkungannya, 
 maka para sesepuh pun, menemui Habib Said dan ingin mengikuti Agama Islam".

"Ketika semakin banyak masyarakat yang memasuki Agama Islam, 
 mulailah didirikan Masjid dan Shalat Jum'ah Berjamaah di Masjid itu".

"Dan Alhamdulillah, aku (Al Habib Umar bin Hafidz) sudah datang ke Negeri tersebut, 
 aku ditunjukkan ini tokonya dulu dan Masjid yang didirikannya untuk Shalat Jum'ah".

"Karena negeri tersebut terlalu jauh dari kota, 
 maka tidak ada sumber listrik memasuki negeri itu, dan kalau malam tiba, 
 mereka memakai obor untuk menunjukkan tempat tempat itu".

"Ketika Muslimin telah tersebar dikota itu dan Shalat Jum'ah juga telah berjalan, 
 maka Habib Said Albid berkata kepada temannya: 
"Di negeri ini Muslimin telah tersebar luas dan Shalat Jum'ah telah berjalan...
 Beritahukan aku suatu Negeri lagi yang tak ada Muslimin disana, aku ingin pindah kesana".

Catatan :
"Hingga saat ini di Negeri Arwak 100% penduduknya semuanya Beragama Islam". 

"Inilah cara Berda'wah yang di Ajarkan oleh Rasulullah ﷺ, jalannya para Salafunashalihin.
JIKA INGIN MENYENANGKAN HATI NABI ﷺ, 
MAKA TELADANILAH CARA BERDAKWAHNYA PARA SALAF".

Semoga bermanfaat
Silahkan share

"Al Habib Umar Bin Hafidz"
Share:

Jumat, 15 Juni 2018

DALIL BAGI MUQALLID



كَانَ دَلِيلُ الْمُقَلِّدِ هُوَ قَوْلُ الْمُجْتَهِدِ لَا النُّصُوصُ إذْ اسْتِخْرَاجُ الْأَحْكَامِ مِنْهَا لَيْسَ إلَّا مَنْصِبَ الْمُجْتَهِدِ 
وَقَدْ قَالُوا إذَا تَعَارَضَ النَّصُّ وَقَوْلُ الْفُقَهَاءِ يُؤْخَذُ بِقَوْلِ الْفُقَهَاءِ إذْ يُحْتَمَلُ كَوْنُ النَّصِّ اجْتِهَادِيًّا وَلَهُ مُعَارِضٌ قَوِيٌّ وَتَأْوِيلٌ وَتَخْصِيصٌ وَنَاسِخٌ وَغَيْرُهَا مِمَّا يَخْتَصُّ بِمَعْرِفَتِهِ الْمُجْتَهِدُ البريقة المحمودية جزء أول صـ 86 - 87

Dalil bagi muqallid (orang yang mengikuti pendapat mujtahid) adalah perkataan Mujtahid ,bukan Nash (Alquran dan Hadits). Karena perbuatan Istimbath(mengeluarkan) segala hukum dari Segala Nash adalah orang yang sampai pada posisi Mujtahid.

Dan sungguh berkata para Ulama ; Apabila bertentangan Nash dengan Qaul Fuqaha,niscaya diambilkan rujukan Qaul Fuqaha. Karena Nash Itu ada ihtimal(kemungkinannya) secara Ijtihadi. Dan bagi Nash tersebut ada beberapa pertentangan yang kuat,takwil , takhsis,nasikh, dan selainnya ,yang mana hal ini hanya diketahui oleh para Mujtahid.

Sumber : Kitab Bariqah Mahmudiyah juz 1 hal. 86-87
Share:

Kamis, 14 Juni 2018

Hakikat Hari Raya

 وليس العيد لمن لبس الجديد بل طاعاته تزيد ، ولا لمن تجمل بالملبوس والمركوب بل لمن غفرت له الذنوب

Hari raya bukanlah milik orang yg pakai baju baru tapi bagi orang yg tambah ta'atnya begitu juga bukan milik orang yg bagus pakaian dan kendaraannya akan tetapi bagi orang yg diampuni dosa2nya.



(Kitab Bugyatul Musytarsyidin )
Share:

Syaikh Doktor Shuhaib Al Saqqar (Mantan Wahabi)



Engkau…yang terindah, Yang pernah ada di hidupku, Dan kau yang terbaik
Yang selama ini kumiliki, Sungguh hadirnya dirimu, Ku fahami hidupku, Lengkaplah sudah.

Begitulah kira2 “kata hati” dari Syaikh Doktor Shuhaib AlSaqqar -hafidlohullohu Ta’aala-.. Beliau adalah seorang MANTAN WAHABI, sejak SD sampai SMA belajar di SAUDI dan eksis sebagai WAHABI.

Setelah itu, beliau melanjutkan studiy formalnya ke Universitas Baghdad, di sana beliau menempuh jenjang Lc sampai lulus Doktor.

Yang unik dari kisah beliau,, ketika belajar di Universitas Baghdad, beliau sebagai seorang WAHABI TULEN BERSEMANGAT sekali membantah Ahlussunnah Asya’iroh, dan berniat untuk menulis tesis dan disertasi yang membungkam pemikiran asya’iroh, mungkin waktu itu beliau kurang memahami siapa dan bagaimana itu asya’iroh, sehingga benarlah kata pepatah “Tak kenal maka tak sayang”.

Namun, setelah sekian lama beliau konsentrasi menelusuri pemikiran asy’ari, bukannya beliau semakin membenci Asy’ari, malah benih2 kecintaan beliau terhadap asya’iroh pun muncul.  Sejak saat itu, akhirnya disertasi yang awalnya ingin membantah Asya’ri malah menjadi senjata ampuh menumpas WAHABI.

Disertasi beliau itu berjudul “At-Tajsim Fil Fikril Islami”, dan merupakan buah fikir terbaik Syaikh Shuhaib, kehadirannya membuat beliau tahu mana akidah yang benar dan mana yang salah, juga sebagai bukti bahwa beliau TELAH TOBAT DARI WAHABI.
Share:

At-Tazaawur (Tradisi Saling berkunjung) di hari raya



Dalam kitab al-Mausuah al-fiqhiyyah al-kuwaitiyyah, tradisi berkunjung di hari raya merupakan amaliyah yang mendapat legalitas dari syariat. Hal ini berdasar riwayat Sayyidatuna 'Aisyah berikut ini:

فقد روي عن عائشة رضي الله عنها قالت: دخل علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وعندي جاريتان تغنيان بغناء بعاث. فاضطجع على الفراش وحول وجهه، ودخل أبو بكر فانتهرني، وقال مزمار الشيطان عند النبي صلى الله عليه وسلم؟ فأقبل عليه رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: دعهما زاد في رواية هشام: يا أبا بكر إن لكل قوم عيدا، وهذا عيدنا

Diriwayatkan dari Sayyidah  ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata : “Rasululloh Shollallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku, sementara di sisiku ada 2 perempuan kecil/budak yang sedang menyanyi dengan nyanyian bu’ats. Lalu beliau Shollallahu 'alaihi wasallam berbaring di tempat tidur dan memalingkan wajahnya. Tiba-tiba datanglah Abu Bakar lalu dia menghardikku seraya mengatakan : “Seruling syaithon di sisi Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam", lalu Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam menghadap ke Abu Bakar dengan mengatakan "biarkan keduanya”.
Dalam riwayat Hisyam ada tambahan redaksi: Rasululloh Shollallahu 'alaihi wasallam mengatakan: “Wahai Abu Bakar, setiap kaum itu memiliki hari raya dan ini adalah hari raya kita.”

(HR. Muttafaq 'alaih / Bukhari - Muslim)

Dalam Kitab Fathul Bari: Redaksi wa jaa-a abu bakrin (Dan datanglah Abu Bakar),
sementara dalam riwayat Hisyam bin 'Urwah dengan redaksi dakhola 'alayya abu bakrin (Abu Bakar mendatangiku) seakan-akan beliau mengunjungi Sayyidah 'Aisyah setelah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam masuk ke rumah beliau.

Juga, masih dalam kitab Fathul Bari dan juga 'umdatul qori' yang dikutip al-mausu'ah: salah satu hikmah beliau shollallahu 'alaihi wasallam mengambil jalan yang berbeda tatkala berangkat dan pulang dari sholat 'Id adalah:

ليزور أقاربه من الأحياء والأموات

Untuk mengunjungi/ziarah para kerabat beliau,  baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Disamping itu dalam halaman yang lain ada bahasan mengenai disukainya/disunnahkannya ziarah kubur di hari raya berdasar keumuman perintah ziarah kubur.

Dengan demikian, ziarah kubur berkaitan dengan hari raya memiliki landasan syar'i.

Wallahu a'lam

sumber Fb Ust NUR HASYIM
Share:

Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?


Siapa Syekh Abd al-Shamad al-Falimbani?

Al-Falimbani adalah seorang ulama mujahid. Lahir sekitar tahun 1116 H/1704 M di Palembang. Perjalanan intelektualnya berawal di Kedah dan Patani, lalu berlanjut di Saudi Arabia. Di sana al-Falimbani bergabung dengan komunitas Nusantara seperti Muhammad Arsyad al-Banjari, Abd al-Wahhab al-Bugisi, Abd al-Rahman al-Batawi, dan Daud al-Fatani.

Al-Falimbani dan kawan-kawannya berguru pada ulama-ulama besar di tanah suci. Diantara guru-gurunya yang paling utama adalah Muhammad ibn Abd al-Karim al-Sammani, Muhammad ibn Sulayman al-Kurdi, dan Abd al-Mun’im al-Damanhuri. Di bawah bimbingan guru-guru yang hebat ini, tidak aneh jika kemudian al-Falimbani menjadi salah satu ulama yang paling berpengaruh pada abad XVIII M.

Hal itu dibuktikan dengan dua karyanya yang paling utama, Hidayat al-Salikin dan Sayr al-Salikin yang banyak beredar dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Sosok al-Falimbani sebagai ulama Mujahid bisa dilihat dari karya-karyanya yang selalu membangkitkan semangat jihad untuk melawan orang-orang Eropa, khususnya Belanda. (Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Edisi Perenial, (Jakarta:Kencana, 2013), hlm. 316-327).

Selain dua karya monumental, otoritas keilmuan al-Falimbani bisa dilihat dari isnad-isnad keilmuan yang dimilikinya. Syekh Yasin ibn Isa al-Fadani yang dikenal dengan gelar Musnid al-Dunya (pemegang sanad dunia), banyak menyebut nama al-Falimbani dalam sanad fiqh dan tasawufnya. (Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat, edisi revisi, (Yogyakarta:Gading Publishing, 2012), hlm. 378-379)

Al-Falimbani menghabiskan umurnya dengan menghidupkan tradisi ilmu. Dia telah mewakafkan dirinya untuk umat Islam. Sampai akhirnya kembali ke Rahmatullah setelah merampungkan karyanya yang terakhir dan monumental, Sayr al-Salikin. (Azra, Jaringan Ulama, hlm. 320).
Share:

Kategori Artikel