Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Minggu, 28 Juni 2015

BIOGRAFI IMAM ASY SYARWANI

Beliau adalah al-Imam Abdul Hamid bin al-Husain al-Daghistani  al-Syarwani al-Makki. Tidak ada  informasi tentang tahun kelahirannya. Hanya saja, setelah  beliau menekuni berbagai ilmu  agama di negerinya, Daghistan, beliau mengembara ke Negara- negara Islam dalam rangka menuntut ilmu. Ia mengembara ke Istanbul, lalu ke Mesir. Di kedua kota pusat keilmuan Islam  pada masa tersebut, al-Syarwani  menimba ilmu dari para ulama terkemuka di sana, antara lain  Syaikh Mushthafa al-Wadini dan  Syaikhul-Islam Ibrahim bin Muhammad al-Bajuri. Kemudian setelah menamatkan pendidikannya di kedua kota tersebut, beliau datang ke kota Makkah al-Mukarramah dan tinggal di tanah suci tersebut.Kesibukannya diisi dengan mengajar,mendidik para kader dan menulis karangan, hingga  merampungkan Hawasyi (catatan pinggir) terhadap Tuhfah al- Muhtaj Syarh al-Minhaj, karya  Ibnu Hajar al-Haitami, dan dicetak di Mesir dalam 10 jilid. 
Al-Syarwani menguasai tiga bahasa, Arab, Persia dan Turki. Ia mengambli Tarekat Naqsyabandiyah dari Syaikh Muhammad Muzhhir, mendapat ijazah dan menjadi murid beliau.Secara kepribadian, al-Syarwani seorang ulama yang disiplin,berwibawa dan lebih banyak diam. Pada akhir hayatnya, beliau sibuk mengajar. Banyak para pelajar yang berkumpul bersama beliau, menimba ilmu zhahir maupun batin. Biasanya, setelah waktu shubuh beliau mengajar kitab Tuhfah karya Ibnu Hajar. Al- Syarwani memang penganut mazhab Syafi’i yang sangat kuat. Beliau juga senang menyendiri  dan banyak melakukan uzlah. Selesai sarapan pagi, biasanya beliau masuk kamar pribadinya di Madrasah Sulaimaniyah, duduk di sana hingga waktu ashar, membaca aurad dan melakukan muraqabah kepada Allah. Ia tidak membolehkan siapapun masuk ke kamarnya, kecuali anak-anaknya, selain pada hari Jum’at dan Selasa. Pada dua hari itu, biasanya melayani orang-orang yang punya hajat pada beliau.  Ia juga selalu menjaga awal waktu dalam menunaikan shalat maktubah dan selalu berhati-hati.  Dalam mendidik murid-muridnya, beliau mendidik mereka dengan cara yang sederhana, tidak terlalu ketat, seperti yang dilakukan oleh guru-gurunya. Hanya saja aspek keilmuan beliau lebih popular dari pada aspek spiritualnya.Ketika menyendiri,biasanya beliau menelaah kitab-kitab, terutama dalam mengoreksi karyanya, Hawasyi ‘ala Tuhfah al- Muhtaj. Al-Syarwani telah diperintahkan oleh gurunya,Syaikh Muhammad Muzhir,untuk menjadi penggantinya sebagai Mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Al-Syarwani wafat pada malam 
Kamis, 26 Dzul Hijjah tahun 1301 Hijriah/1814 M. 
 Karya monumental Imam al- Syarwani
Semoga Allah menyirami beliau dengan rahmat-Nya dan mengalirkan berkahnya kepada kita, amin. Demikian informasi yang dicatat dalam sejarah. 





Share:
Lokasi: Aceh, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel