Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Selasa, 29 Agustus 2017

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik Bertemu Nabi




Di antara ucapan Habib Abubakar adalah sebagai berikut :
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).

Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).
Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.

Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.
Salah seorang di antara mereka berkata :
“Kenalkah kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.
“Tidak,” Jawabku.
“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,” Kata orang itu.
Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’ (bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari Ittiba’ (keteladanan) beliau yang tinggi terhadap Nabinya SAW.
Adapun kesempurnaan Istiqamah merupakan puncak segala karamah.
Seorang yang dekat dengan beliau berucap bahwa aku sering kali mendengar beliau mengatakan :
“Aku adalah Ahluddarak, barang siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan ALLAH.”

Adapun maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, beliau telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro.

Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup sezaman dengan beliau.
Berikut ini beberapa komentar dari mereka.
Sayyidina Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi :
“Kelak akan ada seorang murid ku yang nanti memiliki kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf.”
Ternyata beliau adalah Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, Gresik.
Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :
“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil.. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya).”
Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) ALLAH SWT.”

Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.
Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu, beliau berkata :
“Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah (Rajanya para Wali dizamannya). Beliau adalah saudaraku dijalan ALLAH. Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah.”
Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah Pemimpin Para Wali dimasanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu.”
Kemudian Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Haddad membaca ayat Al-Qur’an, beliau berhak untuk dikatakan :
“Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai nikmat).”
Maksudnya adalah, Habib Abu Bakar adalah seorang hamba yang telah mendapat limpahan Anugrah dari ALLAH SWT.
Habib Husain juga berkata :
“Habib Abu Bakar memiliki hal yang Agung & terjaga (mahfudz). Tidak pernah terlintas sedikitpun dihatinya keinginan untuk berbuat ma’siat kepada ALLAH.

Pada saat menjelang ajalnya, seringkali beliau berkata :
“Aku berbahagia untuk berjumpa dengan ALLAH.”
Maka sebelum kemangkatannya ke rahmat ALLAH, beliau mencegah diri dari makan dan minum selama lima belas hari, namun hal itu tak mengurangi sedikitpun semangat ibadahnya kepada ALLAH SWT. Setelah ajal kian dekat menghampirinya, diiringi kerinduan berjumpa dengan khaliqnya, ALLAH pun rindu bertemu dengannya, maka beliau pasrahkan ruhnya yang suci kepada Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi...........
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Kategori Artikel