Media Sebagai Bagian Dari Dakwah untuk menyampaikan Islam yang Rahmatan lil 'Alamin dengan Aqidah Ahlussunnah Wal Jama'ah.


Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893)

Selasa, 29 Agustus 2017

TERAWIH 20 Raka'at





Saya ingin memperingatkan kita semua tentang bahaya perdebatan dan perselisihan rutin setiap tahun kita tentang salat tarawih..! 
Perselihan ini biasa terjadi pada bulan Ramadhan antara kelompok keras (al-Mutasyaddidūn) yang ingin memaksa semua orang untuk ikut pendapat mereka, dengan orang awam yang terkadang sulit menemukan orang yang menyelamatkannya dari al-Mutasyaddidūn.

Sumber perselisihan tahunan ini adalah tentang jumlah rakaat tarawih. Al-Mutasyaddidūn dengan suara lantang menyalahkan serta mengingkari jumlah rakaat tarawih yang dilakukan oleh ulama dan umat Islam sepanjang sejarahnya!! Bahkan al-Mutasyaddidūn menyatakan tarawih gaya ini adalah bid`ah!! Sungguh pendapat mereka bahwa “tidak boleh salat tarawih lebih dari 8 rakkat” tergolong mengharamkan sesuatu yang dibolehkan oleh Allah.

Kebenaran menyatakan bahwa umat Islam telah sepakat salat tarawih adalah 20 rakaat, dan ditambah 3 rakaat salat witir menjadi 23 rakaat. Ini adalah pendapat yang diakui oleh empat mazhab fikih: Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali. Ya, ada pendapat yang diriwayatkan dari imam Malik bahwa tarawih 36 rakaat. Namun riwayat ini tidak masyhur.
Realita mengatakan bahwa umat Islam tidak mengenal pendapat salat tarawih 8 rakaat kecuali pada zaman kita ini..!!

Al-Mutasyaddidūn menyatakan pendapat ini karena mereka salah memahami hadis nabi dan tidak mampu memadukan berbagai riwayat dalam hal ini, serta mereka tidak memperhatikan adanya ijmā` qaulī (persetujuan lisan) dan ijmā` fi`lī (persetujuan melalui amal) tentang salat tarawih, sejak masa sahabat Nabi sampai hari ini.
Dalil yang selalu digunakan oleh al-Mutasyaddidūn adalah hadis riwayat `Aisyah -radhiallahu `anhā-, berkata: 

“Rasulullah tidak pernah salat malam lebih dari 11 rakaat, baik pada bulan Ramadhan atau lainnya. (Cara salat ini adalah) beliau salat empat rakaat. Jangan tanyakan, betapa bagus dan panjangnya empat rakaat ini. Kemudian beliau salat empat rakaat lagi. Jangan tanyakan, betapa bagus dan panjangnya empat rakaat ini. Kemudian beliau salat tiga rakaat”.
Saya berkata: Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum melaksanakan salat witir? 
Rasulullah -shallallahu `alihi wa sallam- menjawab: “Wahai `Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur, namun hatiku tak pernah tidur”.


Hadis ini mengabarkan cara Nabi dalam SALAT MALAM SECARA UMUM yang selalu beliau laksanakan. Hadis ini TIDAK berhubungan secara khusus dengan salat tarawih yang merupakan salat khusus pada malam bulan Ramadhan. 
******

Salat tarawih adalah salat khusus bulan Ramadhan yang ASALNYA disunahkan oleh Rasulullah, dan tata CARANYA disunahkan oleh khalifah Umar -radhiallahu `anhu-. Ini berarti umat Islam telah sepakat dengan tata cara salat tarawih yang diajarkan oleh Umar bin Khattab, yaitu dengan:
1. Mengumpulkan para jamaah untuk salat tarawih berjamaah.
2. Salat jamaah ini dilakukan sepanjang malam bulan Ramadhan.
3. Salat ini sebanyak 20 rakaat.

Salat jamaah tarawih pada masa Umar dipimpin oleh Ubay bin Ka`ab -radhiallahu `anhu-. 
Sunah khalifah Umar adalah sunah, karena Rasulullah bersabda: 
“Berpeganglah kepada sunah ku dan sunah para khalifah setelah ku yang diberi petunjuk dan tuntunan oleh Allah. Hendaklah kalian berpegang kuat sekuat gigi geraham menggigit”.

******

Wahai al-Mutasyaddidūn.. Jika kalian tidak dapat menerima bahwa salat tarawih 20 rakaat adalah sunah khalifah Umar, lalu mengapa kalian justru melaksanakan salat tarawih berjamaah dengan satu imam di masjid, yang mana ini juga adalah sunah khalifah Umar?! Aneh..! Kalian mengikuti sunah khalifah Umar dalam berjamaah salat tarawih sepanjang malam Ramadhan, padahal Rasulullah tidak pernah melakukan ini.! Dan di waktu yang sama kalian menolak sunah khalifah Umar juga dalam jumlah rakaat tarawih, dengan alasan bahwa kalian melakukan sunah Rasulullah..!! 

Jika klaim ini benar bahwa kalian hanya menjalankan tarawih “gaya Nabi”, dan tidak mau tarawih “gaya Umar” maka kalian HARUS SALAT TARAWIH DI RUMAH, dan kalian juga harus membiarkan orang lain menjalankan Agama mereka, sesuai dengan cara yang mereka dapatkan dari para pendahulu…! 
Lā hawla wa lā quwwata illā billāh..

Salah satu riwayat sahih yang menjelaskan bahwa khalifah Umar salat tarawih 20 rakaat adalah riwayat Saib bin Yazid: 

“Mereka mendirikan salat malam Ramadhan pada masa Umar bin Khattab sebanyak 20 rakaat. Dan pada masa Usman, mereka  membaca sekitar 200 ayat, sampai mereka bersandar dengan tongkat mereka karena sangat lelah berdiri”. 
******

Kalau kita bandingkan pendapat al-Mutasyaddidūn pada zaman ini dengan pendapat imam besar mereka, syaikh Ibnu Taimiyah, yang merupakan satu-satunya referensi mereka dalam masalah ini, maka kita akan mendapatkan pendapat syaikh Ibnu Taimiyah lebih lembut dan lebih toleran dari pada pendapat mereka yang mudah memecah belah. Syekh Ibnu Taimiyah berkata: 
“Para ulama telah berbeda pendapat dalam masalah jumlah rakaat salat qiyam Ramadhan. 
Telah pasti benar bahwa Ubay bin Ka`ab menjadi imam dengan 20 rakaat qiyam, dan 3 rakaat witir. Ini adalah dalil banyak ulama tentang rakaat salat ini, karena 20 rakaat ini dilaksankan di tengah-tengan para Muhājīrīn dan Anshār tanpa ada yang mengingkarinya..(Ini menunjukkan adanya ijma` para sahabat)! 
Ada pendapat lain bahwa jumlah rakaatnya adalah 39 rakaat berdasarkan amal penduduk Madinah. 
Ada pendapat juga yang mengatakan bahwa jumlahnya 13 rakaat sesuai hadis `Aisyah. 
Ada juga yang tidak mampu menggabungkan antara hadis ini dengan amal para khalifah dan umat Islam. 
Menurut saya: Semua pendapat ini baik. Inilah yang benar bagi saya”.
******

Saya mempertegas permasalahan ini untuk dua tujuan:
1. Sunah Nabi Muhammad yang telah dilakukan sepanjang sejarah umat Islam ini (bahwa tarawih 20 rakaat) sudah hampir punah di zaman kita ini.

2. Saya tidak mau orang yang berbeda pendapat dalam hal ini bersikap keras dan lantang mengingkari salat tarawih 20 rakaat.
• Maulana Syaikh Ali Jum’ah
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10159079065080144&id=90845230143
Share:

Kisah Haji "Drone" dari Ghana, Afrika

Kisah ini memang sedang viral-viralnya di Jazirah Arab, apalagi di Turki. Tapi saya baru mendengarnya ketika Guru kami AlHabib Abu Bakar Al-Adni menceritakannya di Jalsah Itsnain Darul Musthafa 2 hari yg lalu : 

Namanya Alhasan Abdullah, seorang kakek miskin berusia 82 Tahun yg tinggal di pelosok desa Ghana, gak punya FB, Wa, Instagram dan belum pernah naik haji.

Meski ekonominya dibawah pas-pasan dan hidup di daerah terpencil yg jauh dari hiruk pikuk dunia, ia sama seperti aku, engkau, dan muslim- muslim lainnya diseluruh penjuru bumi , bercita-cita untuk bisa pergi naik haji, meskipun hanya sekali. Apalagi kalo udah musim haji begini, rasa rindu ke Mekkah Madinah rasanya sudah sampai ubun-ubun.

Wallahu Gholibun 'Ala Amrihi, siapa yg bisa menghentikan kehendak Allah ? Ia sama sekali tak pernah menyangka bahwa pesawat kamera "Drone" yg nyangkut dipinggir rumahnya akan membantunya untuk mewujudkan impian mulianya. Ia juga tak pernah menyangka bahwa kelak akan ada orang yg bersedia memberangkatkannya ke Tanah suci, bkn kerabat atau tetangganya, melainkan seorang yg nan jauh di Turki sana.

Semua bermula ketika rombongan kru stasiun TV Turki (TRT Word) berkunjung ke Ghana untuk meliput kehidupan Masyarakat disana sebelum kunjungan Presiden Erdogan ke Ghana pada Maret 2017.

Kala itu kamera Drone milik salah satu jurnalis jatuh dan ditemukan Oleh salah satu penduduk setempat, kakek Alhasan Abdullah itulah orangnya. Ia melihat benda itu dengan perasaan heran, baru pertama kali ia temukan "pesawat" kecil berkamera semacam itu, maklum ia hidup di pedalaman Afrika yg mungkin masih belum ada internet dan listrik disitu.

Tak lama setelah itu, datanglah sang jurnalis untuk menjemput dronenya, Kakek itu tersenyum dan segera mengembalikannya. Lantas dengan  polosnya ia bertanya pada jurnalis itu :

" Bisakah pesawat ini menjadi besar hingga dengannya aku bisa terbang ke Saudi untuk naik haji ?"

Sebuah pertanyaan tulus yg muncul dari hati yg telah lama memendam rindu, dan itu sudah cukup membuat para kru mengharu biru, Rupa-rupanya Setelah itu, ada salah seorang kru yg memposting foto Kakek itu di akun Facebook-nya lengkap dengan ceritanya, dan dengan izin Allah, dalam waktu singkat postingan itu menjadi viral, dibaca dan dishare oleh ribuan rakyat Turki. Kisah itu berhasil menarik simpati berbagai kalangan, banyak dari pengusaha dan pejabat Turki yg menyatakan bersedia untuk memberangkatkan sang kakek ke Tanah Suci.

Sampai akhirnya ia resmi menjadi calon jamaah haji dari Ghana dengan biaya ditanggung oleh salah seorang tokoh Turki, (dari berbagai sumber, ada yg mengatakan ia adalah anggota kepolisian Turki ada juga yg menyatakan bahwa menteri luar negeri Turki-Mevlut Cavusoglu-sendiri yg menanggung semua biaya hajinya.) Ini menunjukkan betapa banyaknya pihak yg berlomba-lomba untuk membantu si kakek mewujudkan impiannya.

Dan Beberapa hari yg lalu, Kakek Alhasan Abdullah dijemput dari Ghana menuju Istanbul untuk kemudian terbang ke Makkah dan madinah untuk melaksanakan Ibadah Haji. Semoga Hajinya mabrur ya Mbah.. :)

***************************** 
Aku jadi teringat dawuh Al Imam Junaid Bin Muhammad :

" barang siapa yg membuka satu pintu niat tulus maka Allah akan membukakan untuknya 70 pintu Taufiq dan pertolongan-Nya"

kisah Kakek Hasan Abdullah dan kisah-kisah Haji "Ajaib" lainnya seakan mengajak kita untuk selalu berhusnudzon kpd Allah, bahwa kita semua mempunyai peluang untuk berhaji ke Tanah suci, baik saya yg ada di Yaman, yg hanya "beberapa langkah saja dari Saudi", atau kalian yg berada di Indonesia dan bumi-bumi Allah lainnya. Inti dari semua itu adalah Allah mengizinkan Atau tidak, meridhoi atau tidak.

Sebagai Hamba-hambaNya, Kita hanya bisa berharap, mendekat, terus merayu dan berdoa, agar kelak Sang pemilik Baitullah memilih kita sebagai tamu-tamu-Nya di Tanah suci-Nya.

Rabbii.. Meski masih berlumur kesalahan, kelalaian dan dosa-dosa, tapi hati kami masih memiliki rasa rindu pada Tanah Haramain-Mu, maka demi kerinduan yg kau berikan ini, Ridhoilah kami untuk mengunjungi Tanah suci-Mu suatu saat nanti, untuk menyucikan diri dan untuk berziarah kpd Baginda Nabi. Aaamiin . 


Sumber :
Ismael Amin Kholil | Tarim | Yaman |  1 Dzulhijjah | 1438 H
Share:

Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik Bertemu Nabi




Di antara ucapan Habib Abubakar adalah sebagai berikut :
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).

Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).
Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.

Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.
Salah seorang di antara mereka berkata :
“Kenalkah kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.
“Tidak,” Jawabku.
“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,” Kata orang itu.
Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’ (bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari Ittiba’ (keteladanan) beliau yang tinggi terhadap Nabinya SAW.
Adapun kesempurnaan Istiqamah merupakan puncak segala karamah.
Seorang yang dekat dengan beliau berucap bahwa aku sering kali mendengar beliau mengatakan :
“Aku adalah Ahluddarak, barang siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan ALLAH.”

Adapun maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, beliau telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro.

Hal itu telah diakui dan mendapat legitimasi dari mereka yang hidup sezaman dengan beliau.
Berikut ini beberapa komentar dari mereka.
Sayyidina Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi :
“Kelak akan ada seorang murid ku yang nanti memiliki kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf.”
Ternyata beliau adalah Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, Gresik.
Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :
“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil.. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya).”
Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) ALLAH SWT.”

Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf dikala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.
Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu, beliau berkata :
“Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah (Rajanya para Wali dizamannya). Beliau adalah saudaraku dijalan ALLAH. Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah.”
Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata :
“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah Pemimpin Para Wali dimasanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu.”
Kemudian Al-Habib Husein bin Muhammad Al-Haddad membaca ayat Al-Qur’an, beliau berhak untuk dikatakan :
“Dia hanyalah seorang hamba yang kami berikan kepadanya (sebagai nikmat).”
Maksudnya adalah, Habib Abu Bakar adalah seorang hamba yang telah mendapat limpahan Anugrah dari ALLAH SWT.
Habib Husain juga berkata :
“Habib Abu Bakar memiliki hal yang Agung & terjaga (mahfudz). Tidak pernah terlintas sedikitpun dihatinya keinginan untuk berbuat ma’siat kepada ALLAH.

Pada saat menjelang ajalnya, seringkali beliau berkata :
“Aku berbahagia untuk berjumpa dengan ALLAH.”
Maka sebelum kemangkatannya ke rahmat ALLAH, beliau mencegah diri dari makan dan minum selama lima belas hari, namun hal itu tak mengurangi sedikitpun semangat ibadahnya kepada ALLAH SWT. Setelah ajal kian dekat menghampirinya, diiringi kerinduan berjumpa dengan khaliqnya, ALLAH pun rindu bertemu dengannya, maka beliau pasrahkan ruhnya yang suci kepada Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi...........
Share:

Kategori Artikel