Nama lengkap beliau adalah Syekh Abdus Somad bin Abdurrahman Al-Jawi Al-Palembani. Lahir dan dibesarkan di Palembang pada tahun 1150 H atau 1736 M dalam lingkungan “Keraton Kuto Cerancangan” (antara 17 dan 20 ilir sekarang). Karena ayahnya adalah menjabat sebagai Kepala Penjaga Istana Kuto Cerancangan Kesultanan Palembang Darussalam pada masa Sultan Agung dan Sultan Mahmud Badaruddin I. Ibunya meninggal dunia tatkala usianya baru satu tahun. Selain belajar kepada ayahnya sendiri, Abdus Somad juga mendapatkan pendidikan dari ulama-ulama besar Palembang pada waktu itu, seperti: Tuan Faqih Jalaluddin (w.1748), Hasanuddin bin Jakfar dan Sayid Hasan bin Umar Idrus. Abdus Somad seorang anak yang cerdas dan memiliki ingatan yang kuat. Kepada gurunya yang disebut terakhir ini, beliau belajar mengaji Al-Qur’an serta tajwidnya dan ilmu-ilmu agama lainnya sehingga ia hafal kitab suci Al-Qur’an dalam usia 10 tahun. Diusia ini pula ia mendapatkan malam Lailatul Qadar yang di dalamnya banyak terdapat keajaiban-keajaiban yang tak bisa dihinggakan.
Kemudian beliau meneruskan studynya ke tanah suci Mekkah dan Madinah bersama sahabat-sahabatnya dari Palembang, yaitu Kemas Ahmad bin Abdullah dan Muhammad Muhyiddin bin Syihabuddin. Di tanah suci beliau belajar dengan sungguh-sungguh selama 20 tahun kepada ulama-ulama terkenal. Bidang yang paling digemarinya adalah Tauhid dan Tasawuf yang ia belajar langsung kepada Syekh Muhammad Samman. Kepada gurunya inilah ia mengambil Tarekat Sammaniyah yang zikirnya dikenal dengan Ratib Samman. Melalui Syekh Abdus Somad inilah Ratib Samman masuk dan berkembang di Palembang hingga sekarang. Selain Tarekat Sammaniyah, sebelumnya ia juga mengambil Tarekat Syattariyah melalui Syekh Ibrahim Al-Kurani di Madinah.
II. Guru-gurunya
1. Tuan Faqih Jalaluddin (w.1748) - Ushuluddin
2. Sayid Hasan bin Umar Idrus - Al-Qur’an
3. Syekh Said bin Muhammad
4. Syekh Abdul Ghani bin Muhammad Al-Hilal
5. Syekh Ibrahim bin Muhammad Zamzami Ar-Rais (w.1780) - Falaq
6. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi (w.1779) – Fiqih
7. Syekh Sulaiman Ujaili (w.1789) – Tafsir
8. Syekh Atho’illah bin Ahmad (w.1747) – Hadist
9. Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im Ad-Damanhuri (w.1778) – Mantiq
10. Syekh Ahmad Abu As-Sa’adah – Ratib Ahmad Al-Qusyasyi
11. Syekh Muhammal Khalil bin Ali Al-Husaini (w.1791) – Tarikh
12. Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jauhari Al-Misri (w.1772) –Hadist
13. Syekh Muhammad Mirdad
14. Syekh Hasanuddin bin Jakfar Al-Palembani
15. Syekh Murtadha Al-Zabidi
16. Syekh Abdurrahman bin Mustafa Al-Idrus
17. Syekh Thayib bin Jakfar Al-Palembani
18. Syekh Sayid Ahmad bin Muhammad Syarif Makbul Al-Ahdal
19. Syekh Ibrahim Al-Kurani Al-Madani - Tarekat Syattariyah
20. Syekh Muhammad Samman (w.1776) – Tarekat Sammaniyah
III. Kitab Karangannya
Semasa hidupnya Syekh Abdus Somad tidak hanya aktif dalam berdakwah ke berbagai daerah di Timur Tengah, tetapi juga menjadi seorang penulis yang produktif. Kitabnya ini sampai sekarang masih dibaca dan dipelajari di Palembang, terutama Hidayatus Salikin dan Sairus Salikin. Adapun diantara karangannya tersebut adalah:
1. Zuhratul Murid (Mantiq, 1764)
2. Tuhfat Al-Raghibin (1774)
3. Urwat Al-Wusqa (Tarekat Sammaniyah)
4. Ratib Abdus Somad
5. Zad Al-Muttaqin (Tauhid)
6. Siwatha Al-Anwar
7. Fadhail Al-Ihya li Al-Ghazali (Tasawuf)
8. Risalah Aurad dan Zikir
9. Irsyadan Afdhal Al-Jihad
10. Nasihat Al-Muslimin wa Tazkirat Al-Mukminin fi Fadhail Al-Jihad fi Sabilillah (Perang Sabil)
11. Hidayat Al-Salikin (Tasawuf, 1778)
12. Sair As-Salikin (Tasawuf, 1779-1788). dll.
Karyanya yang bernama Nasihat Al-Muslimin (no. 10) di atas adalah sebuah kitab menguraikan tentang Perang Jihad, oleh karena itu karyanya ini sangat berpengaruh di berbagai penjuru Nusantara khusunya Palembang, yang menjadi penggerak dan pendorong bagi rakyat Palembang untuk berjihad melawan Belanda pada tahun 1819, yang dipimpin oleh menantunya sendiri, Kgs.H.M.Zen sebagai Panglima Pasukan Jihad.
IV. Murid-muridnya
1. Kgs.H. Muhammad Zen
2. Kgs.H. Muhammad Akib bin Hasanuddin
3. Kgs.H. Muhammad Saleh bin Hasanuddin
4. Kgs.H. Makruf bin Hasanuddin
5. Mgs.H. Mahmud bin Kanan
6. Syekh Dhiauddin Al-Palembani
7. Syekh Abdul Jalil Al-Jawi
8. Abdul Manan Termas
9. Syekh Amrullah bin Abdul Khaliq Mizjaji
10. Syekh Yusuf bin Muhammad Alauddin Mizjaji
11. Syekh Umar bin Ismail Asy-Syari’
12. Syekh Muhammad bin Abdullah bin Sayid Ahmad Ar-Rifari
13. Sayid Abdurrahman bin Sulaiman Makbul
14. Faqih Abdullah bin Ahmad Al-Khairi
15. Ali bin Abdul Bar Al-Wina’i
16. Syekh Muhammad Abdul Khaliq bin Ali Mizjaji
17. Jamaluddin bin Abdul Karim Al-Fathani
18. Syekh Daud bin Abdullah Al-Fathani
19. Usman Ad-Dimyati
20. Wajihuddin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yahya bin Umar Al-Ahdal, dll.
V. Keturunannya
Syekh Abdus Somad Al-Palembani bermukim di Tanah Arab seumur hidup. Di sana beliau menikah dengan seorang wanita berasal dari Yaman Selatan bernama Aisyah binti Idrus Aden. Oleh sebab itu ia sering mengadakan perjalanan ke Aden, Zabid, Ruaya, dan lain tempat, guna menjalin tali silaturrahmi dengan keluarga mertuanya serta sekaligus berdakwah. Dari perkawinan ini, ia dikaruniai 2 orang putri yang diberi nama Fatimah dan Rukiah. Rukiah kemudian menikah pula dengan pemuda asal Palembang bernama Kgs.H. Muhammad Zen bin Kgs. Syamsuddin, seorang cucu ulama Besar Faqih Jalaluddin, juga sekaligus murid dan khalifah Syekh Abdus Somad dalam menyebarkan ajarannya, terutama Ratib Samman. Selanjutnya puterinya ini melahirkan 4 orang anak, 3 perempuan dan 1 laki-laki, masing-masing bernama: Nyayu Zubaidah, Nyayu Aisyah, Nyayu Hausah dan Kgs. Abdul Karim. Dari cucu-cucunya ini maka berkembanglah keturunannya sampai sekarang yang sebagian besar diantara mereka menjabat sebagai Kepenghuluan Palembang seperti: Khatib Penghulu, Khatib Imam, Khatib, guru agama dan pejabat lainnya yang berdomisili di suatu pemukiman khusus yang dikenal dengan “Guguk Pengulon” belakang Masjid Agung (Kampung 19 ilir).
Sedangkan nama Syekh Abdus Somad kini diabadikan oleh pemerintah menjadi salah satu nama sebuah jalan yang terletak di kelurahan 22 – 23 ilir Palembang.
VI. Keramatnya
Cerita-cerita tentang kekeramatan Syekh Abdus Somad Al-Palembani telah dihimpun oleh salah seorang muridnya dalam kitab “Faidhal Ihsani”. Dalam kitab inilah kita dapat mengetahui sebenarnya tentang riwayat hidup, asal-usul, pendidikan, keturunan, keramatnya dan lain-lain. Sumber inilah yang kami ambil dalam menyusun tulisan ini yang berasal dari literatur lokal (Palembang), tidak seperti pendapat-pendapat sekarang yang mengambil dari sumber lain (Malaysia, Thailan, dll) yang ceritanya berlainan dengan fakta dan kebenarannya tidak dapat dipertanggung jawabkan, dan ini sangat disesalkan sekali. Karena di negeri kelahirannya, Palembang, masih ada keturunannya dan peninggalan-peninggalannya.
(Narasumber : Kms. H. Andi Syarifuddin, S.Ag)